Kisah Nyata : Seorang Misionaris,
Pendeta Gereja Protestan di Texas City, Warga Negara Amerika Serikat
menemukan kasih sayang Allah, Di Jakarta pada Bulan November 2001 Masuk
ISLAM.
Biodata :
Nama lengkap: Craig Abdurrohim Owensby
Kelahiran: Chicago, AS, 1961
Nama lengkap: Craig Abdurrohim Owensby
Kelahiran: Chicago, AS, 1961
Pendidikan: University of Wisconsin, Madison, 1980 – 1985 Bachelor of Science
University of Wisconsin, Madison, 1985 – 1986 Master of Business Administration
Princeton Theological Seminary, Princeton, NJ, 1989 – 1991 Master of Theology
University of Wisconsin, Madison, 1985 – 1986 Master of Business Administration
Princeton Theological Seminary, Princeton, NJ, 1989 – 1991 Master of Theology
Jabatan : President Director, PT Spotc
ast Consulting Alquran Seluler Service
(www.alquraseluler.com) 2002, Spotcast Communications, Inc.
(www.spotcast.net) 1998, Asatel Communications, Pte. Ltd 1997, IXCell
Incorporated 1995, Additech, Inc. 1993, Springs Industries, Inc. 1986.
Ayah : Walter Owensby
Saudara : Brian (kakak), Marc (kakak kembaran), Lauren (adik)
Istri : Lilis Fitriyah
Anak : Sarah Zata Amani Owensby
Saudara : Brian (kakak), Marc (kakak kembaran), Lauren (adik)
Istri : Lilis Fitriyah
Anak : Sarah Zata Amani Owensby
MESKI belum lama mengenal Islam secara
dekat, bekas pendeta Kristen ortodoks itu sudah berani mengambil sikap
dan menentukan pilihan terbaik. Yaitu, menjadikan Islam sebagai jalan
hidup. Pilihan itu diyakini tidak keliru, karena merasa menemukan
jawaban atas segala pertanyaan yang setiap saat menggoda pikirannya-
yang rasional dan logis melalui ayat-ayat suci Alquran yang
dipelajarinya.
Itulah pengalaman spiritual yang
mengendus kehidupan Craig Abdurrohim Owensby, bekas pendeta Kristen
Ortodoks di Amerika, yang kini tinggal di Indonesia (Jakarta).
Putra keluarga berkewarganegaraan
Amerika Serikat dan tumbuh dalam dominasi nilai-nilai Kristen fanatik
itu, kini mulai aktif melakukan dakwah dan syiar agama Islam ke beberapa
kota besar di Indonesia, seperti Jakarta dan Bandung.
Di Semarang, menurut rencana, atas
prakarsa Majelis Pengajian Interaktif Qolbun Salim Jawa Tengah, mantan
pendeta yang nama aslinya Craig Andrew Owensby itu akan mengisi
pengajian rutin gratis untuk bapak-bapak di Ruang Borobudur Hotel Graha
Santika, Rabu 21 Mei 2003, mulai pukul 18.30 WIB.
Humas Qolbun Salim Ir Didiek Hardiana
Prasetya mengatakan, pada pengajian interaktif tersebut Craig akan
menyampaikan pengalaman-pengalamannya sampai dia harus meninggalkan
agama (Kristen) yang telah ditekuninya sejak kanak-kanak. Tidak hanya
itu, mualaf yang dikenal sebagai penemu dan pengembang Alquran Seluler
tersebut juga akan memaparkan logika-logika yang diperolehnya dari
ayat-ayat suci Alquran dan hadis Nabi.
“Tema dakwah yang ingin disampaikan,
juga menyangkut sikap dan pilihan terbaiknya dalam hidup dan kehidupan,
yakni Islam Jalan Hidupku,” kata Didiek yang juga menjadi Humas Panitia
Penyelenggara. Dia menambahkan, guna menghidupkan suasana interaksi
antara pembicara dan jamaah, Qolbun Salim juga menghadirkan kiai kondang
yang juga penyair KH Mustofa Bisri. Pengasuh Pondok Pesantren Raudlatut
Talibien, Leteh, Rembang, itu akan mengupas persoalan-persoalan mualaf
dari segi religi dan budaya.
Add caption |
Craig lahir di Chicago, tepatnya di
Illinois, AS, 1961. Dia punya saudara kembar bernama Marc Owensby, yang
saat ini tetap tinggal di negeri Paman Sam.
Bagaimana sampai dia menjadi mualaf,
masuk Islam dengan meninggalkan agama Kristen yang sudah bertahun-tahun
dianutnya? “Allah SWT telah membimbing saya,” kata pemegang gelar Master
of Business Administration (MBA) pada 1991 dari University of
Wisconsin, Madison, itu.
Masalah pindah agama, jelas dia, hanya
soal waktu saja. Bersama Allah SWT, proses itu berjalan. Craig mengaku
sudah akrab dengan istilah-istilah Islam pada tahun-tahun terakhir. Dia
menjelaskan, suatu ketika, saat subuh tiba, sekitar pukul 04.30 WIB, tak
biasanya dia terbangun. “Sungguh menakjubkan,” katanya.
Pada saat itu, ketika keluar dari kamar,
dia melihat salah satu dari anak asuhnya sedang melaksanakan salat
subuh dengan khusyuk. Craig tertegun. Sejenak dia memandangi anak asuh
itu, dan mengaku amat tersentuh.
“Anak kecil kok bisa disiplin terhadap
agamanya? Kenapa dia harus salat? Lalu saya serius mengambil dan
mempelajari buku Karen Armstrong berjudul The Life of Muhammad. Buku itu
sangat bagus, meski penulisnya bukan seorang muslim,” ujar lulusan
Master of Theology pada Princeton Theological Seminary, Princeton, di
New Jersey (1991) tersebut.
Sejak saat itulah, Craig bersikeras
untuk belajar arti salat dan juga tentang Islam yang lebih luas.
Akhirnya dia memutuskan pilihan dan jalan hidupnya, masuk Islam. “Saya
mau mengucap kalimat syahadat,” ujarnya. Karena tekadnya sudah bulat,
dia memutuskan untuk pergi ke sebuah pengajian di daerah Kemang, tempat
pengajian khusus para bule.
Oleh Ustad Rickless, dia disuruh banyak
membaca hadis dari buku hadis yang sangat besar. Craig agak bingung;
kenapa harus ada hadis ? Kenapa saya harus membacanya? Bukankah Alquran
pun sudah sempurna ?
“Ustad Rickless bilang, saya harus tetap
membacanya. Akhirnya saya baca hingga saya dapat mengerti bahwa hadis
itu memang penting. Saya pun sudah sampai ke action sebagai muslim yang
benar. Yakni melakukan salat lima waktu. Walaupun saya belum mengucapkan
syahadat, saya pernah mengatakan kepada beberapa kolega pada Desember
1998, saya akan masuk Islam. Itu setelah kali sekian saya kembali ke
Jakarta,” papar ustad bule yang menikahi gadis Sunda, Lilis Fitriyah
(24), pada 4 Agustus 2002 itu.
Menyabet gelar MBA dan bekerja di
sejumlah perusahaan prestisius di negerinya, Amerika Serikat, serta
menikmati kesenangan duniawi, tak membuat Craig Abdurrohim Owensby
bahagia. Bathinnya hampa. Dia butuh pencerahan rohani sebagai
pengimbang.
Setelah bertahun-tahun merintis karir,
Craig memutuskan belajar Injil, teologi, dan keislaman di Princeton
Theological Seminary, Princeton, NJ. Beberapa tahun kemudian ia menjadi
pendeta mengikuti jejak sang ayah yang pendeta Katolik di sebuah gereja
di New York dengan 6.000 pengikut.
Meski sukses sebagai pendeta, kebahagian
dan ketenangan yang ia dambakan belum juga berpaling kepadanya. Craig
justru kian resah dengan konsep ketuhanan Yesus yang ia pelajari.
Pengetahuan yang ia miliki membuatnya tak percaya bahwa Isa adalah
Tuhan. “Injil menjelaskan bahwa Isa adalah tuan, bukan Tuhan,” katanya.
Di tengah risau di hati, pada suatu hari
secara tak sengaja perhatiannya tertuju pada seorang kawannya bernama
Nashir, yang tergabung dalam kelompok sepakbola Pakistan.
Baginya, Nashir berbeda dengan anggota
tim lainnya yang dinilai lebih pintar, disiplin, dan baik. Nashir, oleh
Craig, bahkan dianggap mencerminkan Muslim yang sebenarnya. Hal ini
membuatnya tertarik dengan konsep Islam.
Lama merenung, Craig pun memutuskan
untuk mempelajari Islam secara lebih intensif dan berhenti dari
kegiatannya sebagai pendeta. Kesibukannya kemudian diisi dengan kembali
menerjuni bidang bisnis, serta mendalami Islam secara otodidak.
Hidayah Allah akhirnya datang tatkala
dia ditugaskan bekerja di Indonesia sekitar tahun 1997. Craig lantas
menetap di kawasan Muarabaru, Jakarta Utara. Di lingkungan tempat
tinggalnya yang baru, dia menemui banyak hal yang sangat menyentuh
batin.
Craig tertarik dengan kehidupan
anak-anak Muslim di wilayah ini. Menurutnya, walau miskin, mereka hidup
dengan penuh kesederhanaan dan tetap mampu tampil bersih serta bahagia.
Sejenak dia teringat pada masa kecilnya ketika masih tinggal bersama
orang tuanya di Meksiko dan Kolumbia.
Ia menyaksikan betapa anak-anak Katolik
di sana hidup penuh kekerasan, miskin, dan kotor. Tak ada cerminan
ketenangan dan kedamaian hidup. Craig merasakan kedua hal itu memberinya
inspirasi untuk mengetahui dan mempelajari agama Islam.
Proses pencarian kebenaran Islam terus
dilakukan. Sampai satu hari di bulan Mei 2001 ia mengikrarkan diri
menjadi Muslim di Pengajian Rahmania, Kuningan, dengan bimbingan Ustadz
Rikza Abdullah. “Saya ingin menjadi orang yang tahu kebenaran. Saya
bersedia menjadi Muslim karena ingin kebenaran. Bisa saja kebenaran itu
menyusahkan, tapi saya percaya dengan kebenaran itu,” ujar bule
kelahiran Chicago ini.
Sejak itu, Craig yakin dengan ajaran
Alquran bahwa manusia dilahirkan suci dan menjadi khalifah di dunia.
“Saya sekarang telah menjadi khalifah bagi Allah. Awalnya saya Islam
hanya dengan membaca, berpikir, dan berbicara, tapi belum mempraktekkan.
Sekarang saya memutuskan untuk menjalankan Islam secara serius.”
Meski mengaku serius memilih Islam
sebagai keyakinannya, muallaf ini merasa masih harus ‘berjuang’ menjadi
Muslim yang sebenarnya. Pasalnya, ia tak biasa bangun pagi. Kini ia
harus melaksanakan shalat Subuh ketika biasanya di waktu sama masih
tertidur pulas.
Namun, ia merasa bersyukur mampu
menaklukkan ego dirinya. Baginya, dapat menjalankan shalat Subuh dengan
baik merupakan tolok ukur kemampuannya melaksanakan shalat wajib yang
lain. “Pertama kali shalat Subuh saya sangat puas dan senang. Setelah
itu melaksanakan shalat-shalat yang lain menjadi enteng.”
Tak hanya sampai di situ. Rupanya Craig
belum merasa menjadi Muslim kaffah sebelum dapat mendakwahkan Islam.
Menurutnya ada dua fase yang ia jalani, yaitu menjadi Muslim dan
berdakwah. Kini ia sedang melakukan fase kedua itu sambil berbisnis.
“Bisnis saya Alquran Seluler, tapi ini
bukanlah pure bisnis karena investasinya cukup besar dan keuntungan
finansialnya kecil sekali,” jelas Craig. Baginya hal itu tak masalah
karena konsep awalnya adalah berdakwah. Ia pun tidak memperkenalkan
bisnisnya itu kepada masyarakat secara jor-joran, tapi perlahan-lahan
dari mulut ke mulut.
Adalah hal baru bila Craig berdakwah
dengan konsep Alquran Seluler-nya. Konsep itu memberikan layanan belajar
dan memahami Alquran dan Hadis Nabi melalui sistem short massage system
(SMS). Respons masyarakat Muslim Indonesia sangat bagus. Terbukti
konsep yang dimulainya sejak Juli 2000 ini, kini telah memiliki jamaah
Alquran Seluler hingga 70 ribu orang di seluruh Indonesia.
Alquran Seluler memberikan cara mengatur
gaya hidup Muslim on-the-go yang pusatnya adalah kajian harian (6 menit
per hari, berupa 1 menit terjemahan Alquran, 3 menit pesan penceramah,
dan “bonus” 2 menit murotal ayat suci dalam bahasa Arab). Craig mengajak
umat Muslim mengkaji Alquran bersama para penceramah terkemuka
Indonesia.
Dimulai di hari pertama dengan Surah Al
Fatihah dan akan khatam setelah kira-kira tiga tahun, pada Surah An
Naas. ”Komitmen saya menjadikan orang Muslim yang sesibuk apa pun bisa
mempelajari Alquran,” ujar Craig yang cukup lancar berbahasa Indonesia.
Ini merupakan proyek pertama di dunia
yang ingin menjadikan Muslim Indonesia sebagai contoh yang baik bagi
Muslim seluruh dunia. Dalam program Alquran Seluler ditampilkan empat
dai kondang Indonesia, antara lain KH Abdullah Gymnastiar, Arifin Ilham,
Didin Hafidhuddin, dan Ihsan Tanjung.
Kini, keinginan kaum Muslim pengguna
telepon maupun handphone yang ingin belajar Alquran maupun mendengarkan
ceramah agama dapat terpenuhi. Terutama yang tinggal di Jakarta,
Bandung, Bogor, Surabaya, Yogyakarta, Semarang, Banjarmasin, Balikpapan,
Medan, dan Makassar. Mereka yang berminat dapat mendaftar melalui SMS
ke 081 193 4209 atau telepon 021-7883 1001.
Craig pun yakin sarana dakwahnya ini
bakal bermanfaat karena tak membeda-bedakan seseorang. “Sebagai gerakan
Qurani, program dakwah ini saya jadikan sarana berkompetisi dengan
evangelis. Kita harus mempunyai umat yang kuat iman dan lebih baik dari
umat non-Muslim.”
Bukanlah sebuah mimpi bila Craig
berangan-angan menerapkan program Alquran Seluler ke negara lain. “Insya
Allah teknologi Alquran Seluler akan kami terapkan juga ke seluruh
dunia, antara lain ke Brunei, Malaysia, Bahrain, Jordan, dan Mesir.” Dia
juga berharap suatu saat nanti pembelajaran agama Islam melalui telepon
seluler bisa dikembangkan di negara kelahirannya, Amerika Serikat.
Artikel lainnya :
LS Mokoginta, Islam Adalah Pengamalan Perintah Yesus
Artikel lainnya :
LS Mokoginta, Islam Adalah Pengamalan Perintah Yesus
Add caption |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar