Misi Pasukan Perdamaian Indonesia |
SERANGAN KE BASIS PEMBERONTAK
Pemerintah Indonesia dibawah bendera Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) mengirimkan pasukan ke wilayah yang bergolak di Afrika saat itu bernama Kongo. Misi Perdamaian TNI dengan nama Garuda III Kongo di bawah pimpinan Alm. Letjen TNI (Purn) Kemal Idris. Pasukan ini berangkat dengan pesawat pada bulan Desember 1962, dan berada di medan tugas selama delapan bulan. Suatu hari terjadi serangan mendadak ke markas Garuda III. Pertempuran dan tembak menembak terjadi dari jam 12.00 malam hingga dinihari. Markas Garuda III terkepung dengan rapat. Semua personil merapatkan barisan, berusaha menangkis serangan tersebut.
Menurut Informasi Intelijen, serangan dilakukan oleh sekitar 2000an pengacau, hasil gabungan 3 kelompok pemberontak. Sedangkan markas komando Garuda III dipertahankan sekitar 300an personil atau 40 persen dari seluruh kekuatan Garuda III di Kongo.
Untung saja tidak ada korban jiwa dari Garuda III, hanya beberapa yang cedera ringan dan langsung ditangani tim medis lapangan. Menjelang subuh gerombolan pengacau mengendorkan serangan..mungundurkan diri ke basis mereka di wilayah gurun pasir yang membentang gersang.
Hasil konsolidasi pasukan, maka di bentuk tim berkekuatan 30 orang
personil RPKAD (sebelum berganti nama menjadi Koppasus saat ini) sebagai tim bayangan sekaligus tim terdepan untuk
pengejaran hingga ke markas pemberontak. Mereka bergerak seawal jam
06.00 waktu setempat, dengan perlengkapan garis 1 untuk pengejaran.
Semangat tinggi dan berkobar kelihatan jelas di wajah-wajah mereka yang
terpilih.
Iringan do'a rekan-rekan di markas, juga dari pasukan PBB lain, mengiring langkah kaki mereka menuju kawasan no man’s land, wilayah tidak bertuan, yang menjadi daerah kekuasaan pemberontak juga merupakan daerah TERLARANG untuk pasukan PBB.
Di kawasan itu, 2 kompi plus Pasukan India pernah di bantai tanpa tersisa. Pasukan ini di pimpin seorang Kapten dengan dibantu 5 orang Letnan. Dengan penyamaran layaknya kumpulan suku pengembara..mereka bergerak dalam 3 kelompok yang saling berkomunikasi, tidak lupa kambing, sapi, bakul sayuran di bawa bersama untuk penyamaran. Badan dan wajah di gosok arang sehingga hitam dan menyerupai penduduk asli setempat, ada juga yang berpakaian ibu-ibu dan menjunjung bakul sayuran daun singkong. Mereka bergerak melalui pinggiran danau dengan no man’s land tujuan akhir.
Iringan do'a rekan-rekan di markas, juga dari pasukan PBB lain, mengiring langkah kaki mereka menuju kawasan no man’s land, wilayah tidak bertuan, yang menjadi daerah kekuasaan pemberontak juga merupakan daerah TERLARANG untuk pasukan PBB.
Di kawasan itu, 2 kompi plus Pasukan India pernah di bantai tanpa tersisa. Pasukan ini di pimpin seorang Kapten dengan dibantu 5 orang Letnan. Dengan penyamaran layaknya kumpulan suku pengembara..mereka bergerak dalam 3 kelompok yang saling berkomunikasi, tidak lupa kambing, sapi, bakul sayuran di bawa bersama untuk penyamaran. Badan dan wajah di gosok arang sehingga hitam dan menyerupai penduduk asli setempat, ada juga yang berpakaian ibu-ibu dan menjunjung bakul sayuran daun singkong. Mereka bergerak melalui pinggiran danau dengan no man’s land tujuan akhir.
Latihan Misi Pasukan Perdamaian |
Data intelijen yang didapat mengatakan kekuatan musuh diperkirakan 3000an milisi bersenjatakan campuran termasuk RPG/Bazooka dan beberapa Tank, panzer dan bisa dimaklumi sebab ini markas mereka, tentara setempat saja belum mampu memasuki wilayah yang dijaga ketat tersebut.
Memasuki senja, personil bermalam dipinggiran danau sambil mengatur strategi penyerangan. Dikejauhan terlihat kelip-kelip lampu-lampu dari markas pemberontak. Menurut data intelijen lagi, suku-suku di kongo, termasuk pemberontak sangat takut akan Hantu Putih (sosok berpakaian putih yang berbau bawang putih). Nah, disini strategi penyamaran diubah. Dibalik pakaian loreng mereka, terbungkus jubah putih yang mengembang ditiup angin danau sambil tidak lupa dengan rantai bawang putih yang baunya harum semerbak.
Persiapan penyerangan dari danau dengan menggunakan kapal yang dicat hitam-hitam dipersiapkan. Menunggu jam 12.00 Tengah malam waktu setempat.
Attack !!! Isyarat serangan pun diberikan oleh sang komandan. Dengan gesit, ke 30 orang personil RPKAD mengambil posisi masing- masing. Penyerangan tepat di mulai jam12.00 tengah malam, dengan kapal yg di digelapkan warnanya di atas Danau Tanganyika, tidak berapa jauh dari daerah no mand land.
Ke 30 personil yg menyamar menjadi “Hantu Putih” ini (atau lebih dikenal masyarakat dengan sprititesses), berhamburan keluar dari dalam kapal, mendobrak pos penjagaan terdepan pemberontak. Para pemberontak yang sangat percaya akan keberadaan Hantu putih ini, kaget… terpana…melihat kelebatan bayangan putih melayang- layang disekitar mereka (jubah putih yg diiket kayu gombrang tertiup angin) sambil melepaskan rentetan tembakan yang riuh rendah.
Ternyata semangat melawan para pemberontak hilang sama sekali, mereka percaya bahwa mereka berhadapan dengan hantu bukan manusia biasa. Ketika akan didekati, para pemberontak yg disergap itu terkejut, secara reflek melemparkan ayam yang sedang dibakarnya tepat mengenai anggota pasukan kita. Hanya sekitar setengah jam, markas pemberontak dapat di kuasai.
Ribuan pemberontak beserta keluarganya menyerah, puluhan yg lain tewas dan luka-luka, sedangkan dipihak RPKAD cedera 1 orang, kena pecahan proyektil RPG. Dengan sigap, tawanan dikumpulkan. Tidak lama kemudian, bantuan dari pasukan di markas pun tiba, beserta pasukan PBB yang lain dari India, Malaysia, Filipina.
Sejak itu, anggota GARUDA III di kenal oleh orang-orang Kongo dengan julukan Les Spiritesses, pasukan yang berperang dengan cara yang tidak biasa dilakukan orang...!! Bisa dibayangkan….hanya berkekuatan 30 orang bisa menawan sekitar 3000an pemberontak bersenjata lengkap!!!
Keesokan harinya, pimpinan operasi dan Komandan Garuda III di panggil menghadap oleh Panglima Pasukan PBB di Kongo, Letnan Jenderal Kadebe Ngeso dari Ethopia. Ia mengatakan bangga dan takjub atas keberhasilan RPKAD GARUDA III menawan basis terbesar pemberontak dan 3000an lainnya tanpa jatuh korban. Tapi ia kecewa, Tentara Indonesia katanya tidak bertanggungjawab, irresponsible terhadap pemberontak yang ditawan itu. Kenapa sampai dikatakan irresponsible ???
Biasanya, standard operasi tentara, jika musuh berkekuatan 3000 orang, harus disergap dengan kekuatan 3 kali lipat, yaitu 9000 personil. Nah, jika 3000 orang musuh dihadapi hanya dengan kekuatan 30 sampai 50 orang, itu namanya irresponsible..nggak masuk di akal sehat…ngga kepikiran… mustahil…nekad!!
Bagaimana seandainya para pemberontak tersebut melawan?? dan ada yang membocorkan taktik Hantu Putih tersebut?? tanya panglima PBB di Kongo.
Sanjungan dan pujian, serta decak kagum tetap di lontarkan, atas strategi penyerangan ini sampai sekarang masih "MENJADI LEGENDA MISI PASUKAN PERDAMAIAN PBB". Mungkin kisah ini banyak yang tidak tahu, terutama masyarakat tanah air sendiri. Yang jelas, ini sudah bukti nyata keberhasilan anak-anak bangsa kita mengharumkan nama Indonesia di seantero dunia.
Jelas cara taktik, muslihat, strategi serangan ini menjadi bahan penyelidikan Pasukan PBB lainnya, dan tentu saja menjadi legenda hingga sekarang!!
Artikel lainnya :
Add caption |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar