Add caption |
Perang Badar terjadi pada 17 Ramadhan tahun 2 hijriyah. Ini adalah
peperangan pertama yang mana kaum Muslim (Muslimin) mendapat kemenangan
terhadap kaum Kafir dan merupakan peperangan yang sangat terkenal karena
beberapa kejadian yang ajaib terjadi dalam peperangan tersebut. Jumlah
kaum Muslimin cuma 313, sementara tentara musuh berjumlah 1000 orang.
Namun kaum Muslimin menang, bagaimana bisa ?
Ekspedisi Tentara Islam
Pada Bulan Safar, awal bulan ke 12 sejak hijrahnya Nabi Muhammad ke Madinah, untuk pertama kalinya Rasulullah saw keluar
untuk berperang dalam kancah perang Wildan. Inilah permulaan
disyariatkannya peperangan dalam Islam. Invasi tersebut bertujuan
memerangi kaum Quraisy dan Bani Hamzah yang menghalangi dakwah Nabi
Muhammad saw.
Persiapan orang Muslim sudah cukup matang,
namun peperangan urung digelar, sebab Bani Hamzah menawarkan perdamaian.
Maka Rasulullah bersama para sahabat kembali ke Madinah. Selang
beberapa waktu, Rasulullah saw mendengar kedatangan rombongan kaum
Quraisy dari Syam menuju Makkah di bawah pimpinan Abu Sufyan bin Harb.
Teringatlah
Rasulullah saw pasca peristiwa beberapa saat sebelumnya, ketika masih
di Makkah, harta pengikut Rasulullah saw dirampas oleh orang-orang
Quraisy. Itulah sebabnya Rasulullah saw segera meminta umatnya mencegah
iring-iringan kafilah tersebut, seraya berseru “Barang bawaan mereka harus dirampas sebagai gantinya”. Namun
seruan Rasulullah ini masih disambut dingin oleh sebagian kaum
Muslimin. Mayoritas mereka berpikir pesimis, menyangka bahwa peperangan
tidak akan terjadi sama seperti penyerbuan ke Madinah pada beberapa
waktu yang lalu.
Awal Mula Tragedi Perang Badar
Di
suatu malam pada bulan Ramadlan, berangkatlah sekitar 313 orang Islam.
Mereka mengendarai 2 kuda dan 70 unta. Setiap unta ditunggangi secara
bergantian oleh dua sampai tiga orang. Rasulullah saw langsung memimpin,
yang tujuannya tiada lain kecuali ingin menyerang kawanan kafilah yang
dipimpin oleh Abu Sufyan. Sayang, rencana penyerangan itu bocor hingga
telinga Abu Sufyan.
Ketika mengetahui dirinya menjadi
sasaran umat Islam, dia langsung mengirim delegasi ke kaum Quraisy agar
melindungi harta benda bawaannya. Ia mengutus kurir bernama Dham Dham
bin Amr al-Ghiffari ke Makkah. Atas siasat Abu Sufyan Dham Dham
berpenampilan layaknya orang yang telah disiksa oleh kaum Muslim.
Badannya berlumuran darah, serta bajunya tersobek-sobek. Siasat ini
mampu menarik simpati kaum Quraisy. Seluruh kaum Quraisy berkumpul dan
berangkat ke Madinah, yang dipimpinan Abu Jahal.
Konvoi pasukan
yang menuju Madinah kira-kira 1000 personil. Sementara rombongan Abu
Sufyan berhasil meloloskan diri melalui mata air Badau, terus ke Pantai
lalu menuju Makkah.
Berkobarnya Api Jihad
Berita
itu terdengar juga oleh Rasulullah saw, dan menimbulkan suasana genting
di pihak kaum Muslim. kafilah yang menjadi targetnya lepas dari
genggaman. Berganti tentara kaum Quraisy yang jumlahnya tiga kali lipat
lebih banyak. Dalam keadaan yang mendesak seperti ini Rasulullah saw
segera mengumpulkan para Sahabat Muhajirin dan mengadakan musyawarah
untuk mencari solusi terbaik. Ternyata dari diskusi tersebut para
Sahabat yang berjumlah sedikit itu, menunjukkan semangatnya untuk
berjihad, lebih-lebih perang sudah diisyaratkan oleh Allah swt, melalui
sabda Rasul-Nya.
Add caption |
Ketika kaum Muslimin sedang berdiskusi,
kaum Quraisy di bawah pimpinan Abu Jahal mulai merapat ke lembah Badar,
menuju kaum Muslimin yang sedang berdiskusi. Lembah ini memang sejak
lama diincar oleh Abu Jahal untuk dikuasai.
Ketika mereka sampai
di sisi lembah, Rasulullah saw tampak gagah memimpin pasukan Muslim
yang siap tempur di sisi yang berseberangan. Posisi mereka nyaris
berhadap-hadapan di dekat mata air Badar. Ketika itu salah seorang
Sahabat, Al-Habab bin Mundzir,bertanya kepada Rasulullah: “Ya Rasulallah, apakah dalam memilih tempat ini, Anda menerima wahyu dari Allah swt yang tidak bisa diubah lagi? ataukah berdasarkan taktik perang?”.
Rasulullah menjawab: “Tempat ini aku pilih berdasarkan pendapatku dan taktik peperangan”. Setelah mendengar jawaban Rasulullah saw , Al-Habab mengusulkan pendapatnya, “Ya
Rasulullah! jika demikian, ini bukan tempat yang tepat, ajaklah pasukan
ke tempat air yang dekat dengan musuh, kita membuat kubu pertahanan di
sana dan menggali sumur-sumur di belakangnya, kita membuka kubangan di
sana dan kita isi air hingga penuh. Dengan demikian kita akan berperang
dalam keadaan persediaan air minum yang cukup, sedangkan musuh tidak
akan memperoleh air minum.” Rasulullah saw menjawab, “Pendapatmu cukup baik”.
Dengan keputusan itu, lalu Rasulullah saw memberi aba-aba kepada kaum
Muslimin untuk segera pindah ke tempat yang telah diusulkan oleh Habab
bin Mundzir.
Add caption |
Ketika kaum Quraisy -dengan angkuhnya- maju
menuju Lembah Badar, Rasulullah saw mengangkat kedua tangannya seraya
berdoa kepada Allah swt, “Ya Rabbi, jika pasukan kecil ini sampai binasa, tidaklah akan ada lagi yang menyembah-Mu dengan hati yang ikhlas”.
Ketika Abu Bakar ash-Shidiq melihat wajah Rasulullah saw yang terlihat
sedih, maka ia berusaha menenangkan hati junjungannya itu seraya
berkata, “Ya Rasulallah, demi diriku yang ada di tangan-Nya,,
bergembiralah! sesungguhnya Allah swt pasti akan memenuhi janji yang
telah di berikan kepadamu”.
Janji Allah SWT
Beberapa
saat setelah kedua pasukan berhadapan, peperangan dibuka dengan
tampilnya tiga orang Quraisy menuju medan laga, tempat yang memisahkan
kaum Muslimin dengan lawan. Ini merupakan salah satu peradaban orang
Arab ketika berperang, yakni 'duel satu lawan satu'.
Ketika
para sahabat Nabi saw melihat tiga orang maju, maka tiga sahabat Nabi
saw, yakni Hamzah, Abu Ubaidillah dan Ali bin abi Thalib, dengan pedang
yang bercabang yang diberi nama Zulfikar, menerima tantangan itu.
Pertarungan berlangsung sengit di antara ketiganya. Setelah pertarungan
yang berlangsung cukup lama itu, ketiga Sahabat Nabi saw memenangkan
laga tersebut. Dengan keadaan ini semangat kaum Muslimin semakin
membara. Sebaliknya, perasaan kaum Quraisy mulai digrogoti ketakutan.
Beberapa
saat kemudian semua tentara membeludak ke medan laga, pertarungan
antara kubu Muslimin dengan kubu Quraisy mulai berkecamuk, pertarungan
pun berlangsung sengit. Janji Allah swt, seperti yang diinginkan oleh
Abu Bakar kepada Rasulullah saw, benar-benar terjadi.
Dengan pasukan
kecilnya serta peralatan perang seadanya mampu mengalahkan kaum Quraisy
yang jumlahnya tiga kali lipat yang dilengkapi dengan peralatan perang.
Hal ini di luar nalar pikiran sehat, bagaimana mungkin pasukan kecil ini
bisa menang dalam Perang Badar tanpa kehendak Allah swt. Sebagaimana
firman-Nya:
“(ingatlah) ketika kamu memohon pertolongan kepada
Tuhanmu, lalu di perkenankanNya bagimu, sesungguhnya Aku akan
mendatangkan bala bantuan kepada kamu dengan seribu Malaikat yang datang
berturut-turut,” (QS. al-Anfal [08]:9)
Add caption |
“Sungguh Allah
telah menolong kamu dalam perangan Badar, padahal kamu adalah (ketika
itu) orang-orang yang lemah, karena itu bertakwalah kepada Allah, supaya
kamu menjadi orang yang bersukur. (ingatlah), ketika kamu mengatakan
kepada orang mukmin, Apakah tidak cukup bagimu Allah swt membantumu
dengan tiga ribu Malaikat yang diturunkan (dari langit)? Ya, (cukup),
jika kamu bersabar dan bersiap siaga, dan mereka datang menyerang kamu
dengan seketika itu juga, niscaya Allah swt menolong kamu dengan lima ribu Malaikat yang memakai tanda, dan kemenangan itu hanyalah dari Allah swt yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.”. (Ali Imron [03]:123-126)
Alhasil,
pada tragedi perang badar tersebut, orang-orang Quraisy terpukul
mundur, meski jumlah mereka tiga kali lebih banyak. Mereka menelan
kekalahan besar, oleh hegemoni tentara malaikat. Banyak pemimpin mereka
yang tewas, salah satunya adalah Abu Jahal sang pemimpin kaum Quraisy.
Ia jatuh sebagai korban kesombongannya yang tidak terkendalikan. Seluruh
korban dari golongan kaum Quraisy yang gugur pada peperangan tersebut
sekitar 70 orang yang tewas, dan sekitar 70 orang yang menjadi tawanan,
sedangkan dari pihak kaum Muslimin ada 14 orang yang gugur sebagai Shuhada.
Namun
sebagaimana etika orang Muslim yang telah dibimbing langsung oleh orang
yang paling mulia di muka bumi, yakni Rasulullah saw, memperlakukan
para tawanan dengan baik, mereka diposisikan bagaikan tamu yang harus
dihormati. Ia diberi makanan roti, sementara mereka sendiri mencukupkan
dirinya dengan menyantap buah kurma, kaum Muslimin dilarang untuk
menyiksa tawanan. Mereka diperlakukan layaknya bukan tawanan, walaupun
dalam kondisi menjadi tawanan. Inilah yang selalu dijunjung tinggi oleh
Rasulullah saw. Sebagaimana tujuan Ia diutus, yakni untuk menyempurnakan
etika mulia.
Artikel lainnya :
Artikel lainnya :
Zulebid, Sang Pengantin Yang Gugur Dalam Tugas Jihad
Add caption |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar