Danjen Kopassus Prabowo dan Pasukan |
Berikut adalah tulisan tentang kisah pembebasan sandera di Mapenduma pada 1996 oleh Kopassus
telah membuat pasukan elite TNI Angkatan Darat ini disebut-sebut sebagai
pasukan elite nomor tiga di dunia, setelah SAS (Inggris) dan Satuan
Antiteror Israel. Keberhasilan operasi pembebasan sandera itu tak lepas
dari tangan dingin Brigjen TNI Prabowo Subianto, Komandan Jenderal
Kopassus waktu itu. Sejarah mencatat peran besar Komando Pasukan Khusus (Koppasus) dibawah pimpinan Prabowo Subianto yang telah ikut mengharumkan nama bangsa,TNI khususnya sebagai pasukan kebanggaan Indonesia.
Berikut adalah petikan wawancara di Majalah GATRA
dengan Prabowo Subianto tak lama setelah operasi pembebasan sandera itu
berhasil menyelesaikan misinya. Rekaman dokumenter operasi pembebasan
itu bisa disimak di tautan http://www.youtube.com/watch?v=y2B2QCAUD3k atau tautan http://www.youtube.com/watch?v=npJhqPACUuY.
Sandera Yang Dibebaskan Kopassus |
Begitu mendengar sembilan peneliti Tim Ekspedisi Lorentz 1995 berhasil dibebaskan, Komandan Komando Pasukan Khusus (Kopassus) Brigadir Jenderal Prabowo Subianto langsung terbang dari Jakarta ke Timika, Rabu pekan lalu. Ia tiba Kamis dini hari sekitar pukul 01.30 WIT, kemudian beristirahat sebentar di Hotel Sheraton Timika, sekitar setengah kilometer dari hanggar.
Paginya, dengan pesawat Airfast, Prabowo langsung terbang ke Desa Kenyam untuk menjemput para sandera. Begitu tiba, suasana agak riuh campur duka. Para sandera, yang hampir semuanya mengenakan pakaian loreng, tampak lelah. Wajah mereka kuyu. Banyak sandera yang dipapah oleh anggota Kopassus.
Usai sudah hari-hari yang melelahkan dan cukup menegangkan. Selama penyanderaan berlangsung empat bulan terakhir, Prabowo, anak ketiga Profesor Sumitro Djojohadikusumo, bolak-balik Jakarta-Irian Jaya. Sejak 8 Mei lalu, misalnya, Prabowo terus memimpin pasukannya di lapangan. Ia terpaksa kembali ke Jakarta guna turut menyambut Kepala Staf Gabungan Angkatan Bersenjata Amerika, Jenderal John M. Shalikashvili, pada hari Rabu.
Namun, selama di Jakarta, Prabowo terus memonitor perkembangan anak buahnya di belantara Irian Jaya. Secara teratur, lulusan Akabri angkatan 1974 ini berhubungan dengan Letnan Kolonel Chaerawan melalui telepon, yang langsung berhubungan lewat satelit Inmarsat. Chaerawan adalah Komandan Operasi di Kenyam, pusat pengendalian operasi pembebasan sandera.
"Anda boleh tanyakan kepada ahli di dunia tentang operasi kami. Ceritakan apa yang dihadapi pasukan di lapangan. Mereka pasti akan geleng-geleng kepala. Anda harus mengerti bagaimana bangganya saya terhadap prajurit saya yang bertugas kemarin."Untuk mengetahui cerita seputar operasi pembebasan sandera itu, Agus Basri, Putut Trihusodo, dan Dani Hamdani dari GATRA serta seorang wartawan Tabloid PARON menemui Brigadir Jenderal Prabowo Subianto, 45 tahun, di rumahnya di Jalan Cendana, Jumat siang pekan lalu. Wawancara ini melengkapi wawancara sebelumnya yang dilakukan wartawan GATRA, Genot Widjoseno, di Pusat Pengendalian Operasi di Tirnika. Petikannya:
Apa kunci keberhasilan operasi militer ini?
Operasi ini bisa disebut sangat sulit dan pelik. Dilihat dari ilmu operasi militer, kemungkinan berhasilnya kecil. Baru akan berhasil jika operasi dilaksanakan secara sempurna. Latihannya sempurna, peralatannya memadai, dan personelnya memiliki disiplin tinggi. Dan faktanya kita berhasil. Anda boleh tanyakan kepada ahli di dunia tentang operasi kami. Ceritakan apa yang dihadapi pasukan di lapangan. Mereka pasti akan geleng-geleng kepala. Anda harus mengerti bagaimana bangganya saya terhadap prajurit saya yang bertugas kemarin. Walau demikian, saya sedih karena dua sandera terbunuh oleh gerombolan.
Apakah operasi ini punya arti lain daripada sekadar pembebasan sandera?
Ini persoalan wibawa Republik Indonesia. Saya melihatnya dari situ. Kedaulatan negara kita dipertaruhkan. Sandera penting, tapi lebih dari itu, yang terpenting adalah hukum ditegakkan. Indonesia adalah negara hukum yang berwibawa. Misi saya adalah lebih dari sekadar membebaskan sandera. Kami harus menolak mereka yang menentang Indonesia.
Bagi Anda sendiri, apakah peristiwa penyanderaan ini punya makna khusus?
Bagi saya sendiri, ini pelajaran berharga sebagai pasukan tempur. Pengalaman saya di Timor Timur, misalnya, sangat mewarnai operasi ini. Selama 21 tahun ini saya terus-menerus di pasukan tempur. Setiap kali mendapat pelajaran semacam itu, akan besar manfaatnya.
Pelajaran yang bisa ditarik dari sini, kita harus makin siap menghadapi tantangan ke depan. Kita tahu sekarang muncul adanya unsur SARA, mikroetnis, separatis yang bermotivasi etnisme. Ini semua harus diantisipasi. Gejalanya sudah terlihat, misalnya penyanderaan, kerusuhan, perusakan.
Apakah Anda puas dengan operasi pembebasan ini?
Kita tahu bahwa negara yang besar juga pernah gagal dalam operasi semacam ini. Padahal mereka mempunyai peralatan yang canggih dan personel yang banyak. Melihat sejarah, misalnya, ada yang gagal membebaskan sandera di Vietnam Utara, dan Operasi Blue Light di Iran (yaitu operasi pasukan khusus yang hendak membebaskan warga yang disandera di Kedutaan Amerika di Teheran). Ada juga yang gagal membebaskan sandera di Siprus. Komandannya sendiri malah mati.
Mengapa memilih hari H tanggal 15 Mei?
Sebenarnya kami tidak menetapkan 15 Mei sebagai hari H-nya. Hari H adalah kapan kami jumpa dengan musuh. Sebagai Komandan Satuan Tugas, saya disarankan melakukan aksi militer kalau tindakan persuasif gagal. Empat bulan kami bersabar, dan sangat menahan diri. Padahal, mereka sudah berjanji membebaskan sandera sejak 30 April dan dikonfirmasikan 1 Mei. Mereka janji membebaskan sandera pada 8 Mei. Mereka meminta ICRC mengirim delegasinya.
Kemudian?
Tapi GPK memberi syarat yang tak masuk akal. Misalnya, perwakilan OPM harus dibawa secara diam-diam ke Eropa dan meminta senjata untuk ditukar dengan sandera. Tanggal 9 Mei perundingan gagal. Lalu saya menyarankan kepada pimpinan untuk melakukan operasi militer. Tindakan ini tak bisa dihindari lagi. Apalagi kami berhasil mendapat satu dokumen instruksi dari pimpinan OPM untuk membunuh semua sandera. Karena itu, tak ada pilihan lain kecuali operasi khusus.
Mengapa baru kali ini operasi militer Anda usulkan?
Sebelum ICRC masuk, saya sudah mengusulkan, tapi baru disetujui pada 9 Mei itu oleh Markas Besar ABRI. Kami sendiri sudah menyiapkan satuan tugas sejak pertengahan April.
Apakah pasukan kita jauh hari sebelumnya sudah mengetahui lokasi pen-culik?
Begini. Penculikan ini sudah berjalan empat bulan. Kami punya tim analis intelijen yang memperkirakan kebiasaan musuh. Tim inilah yang memberi gambaran menyeluruh mengenai musuh.
Sejauh mana alat-alat canggih digunakan dalam operasi itu?
Kami menggunakan alat komunikasi yang langsung melalui satelit. Karena itu, saya bisa berhubungan dengan pasukan setiap saat. Kami juga menggunakan pesawat untuk mengambil foto, dan satelit penentuan posisi. Tapi secanggih apa pun peralatannya, yang menentukan adalah orang yang menggunakan.
Personel yang terlibat dari mana saja?
Pasukan penyerbu adalah Kopassus. Pasukan penyekat kami ambil dari Kostrad terbaik. Untuk turun di Medan yang seperti itu perlu kemampuan khusus. Juga ada prajurit Trikora yang diperbantukan sebagai pasukan penjejak. Namun secara keseluruhan, pembebasan sandera melibatkan semua pihak, termasuk masyarakat umum. Ini bisa disebut kerja keras banyak orang.
Senyum Khas Prabowo Subianto |
Siapa yang fast trooping?
Fast trooping (penerjunan pasukan de-ngan cepat) yang pertama oleh Kopassus. Selanjutnya banyak pasukan lain yang ikut terjun. Kami kejar terus penyandera. Ke mana mereka lari, kami menghadang. Jadi mereka terkepung terus. Enam hari mereka dibuntuti. Akhirnya mereka dapat kami kuasai.
Mengapa para penyandera pindah dari Mapenduma menuju Geselama?
Mungkin karena ruang gerak mereka terjepit, sehingga mereka pindah ke Geselama. Mungkin mereka menilai, masyarakatnya (di Geselama) lebih bisa dikuasai.
Pasukan penyerbu melibatan banyak kesatuan. Dengan unsur yang beragam begini, bagaimana koordinasi penyiapan pasukannya?
Pasukan itu terbiasa bekerja dalam rantai komando. Kompi dari manapun, kalau ada satu perintah dari satu pimpinan langsung, tak ada masalah.
Berapa kekuatan riil OPM saat itu?
Kekuatannya paling 60-70 orang. Sebagian besar pakai panah. Senjata api tujuh pucuk. Tapi, di hutan, panah bisa saja membunuh. Sementara pasukan kami 10 kali lipat. Karena medan yang harus kami kuasai seluas 100 kilometer persegi.
Mengapa sandera itu tak mereka pisah-pisahkan?
Saya tak tahu pikiran mereka. Kalau dipisah-pisah, barangkali mereka harus menambah pengawal banyak. Mungkin pula mereka mengira mudah mengancam kalau sandera bersatu. Tapi kalaupun sandera terpisah, pasti ditemukan anak buah saya juga. Saya percaya kemampuan anak buah saya. Alhamdulillah, terbukti.
Berapa korban di pihak OPM saat terjadi kontak senjata dengan ABRI?
Saat terakhir saya terima laporan, delapan terternbak mati dan dua tertangkap hidup. Sebagian masih dalam pengejaran. Kelly Kwalik masih lolos. Daniel Kogoya juga belum tertangkap dan masih kami kejar. Titus Murip, pimpinan lainnya, ketembak kakinya, tapi masih bisa lolos. Kini kami bertekad akan menangkap dan menindak mereka.
Artinya, ABRI jangan cepat ditarik dari lapangan?
Saya menyarankan pada pimpinan agar ABRI tetap di situ sampai Kelly ditangkap. Ia harus dihukum. Kita harus hukum dia, karena Kelly ini sangat biadab, membunuh orang tidak bersenjata, merampas hak asasi orang tidak berdosa, dan menantang kedau-latan Republik Indonesia.
Bagaimana kalau Kelly Kwalik menyerah?
Harus tanpa syarat, dan harus siap menghadapi proses hukum.
Apa kira-kira alasan Kelly menahan korban berbulan-bulan?
Sebagai kartu politik mereka. Kalau bisa, mungkin mereka akan menahannya sampai tiga-empat tahun. Lihat saja penyanderaan di Kashmir, Beirut, Kolombia, semuanya berlangsung lama.
Selama penyanderaan ini, kelihat-annya Kelly dan Daniel sering bentrok. Apakah demikian keadaan sebenarnya?
Itu hanya sandiwara mereka. Kenyataannya, Daniel patuh pada Kelly.
Kelihatannya Kelly Kwalik cukup berpengalaman?
Memang, orangnya cukup lihai. Dia me-nahan sandera sebagai kartu politik. Dia kan mengangkat dirinya sebagai Presiden Samoa Barat. Tapi saya yakin, anak buah saya bisa menangkapnya. Operasi terus berjalan. Operasi selanjutnya akan diserahkan ke Kodam Trikora. Saya sarankan untuk terus diburu. Kopassus siap membantu. Saya juga siapkan pasukan. Kami harus memberi pelajaran kepada OPM. Kami akan kejar hidup atau mati Kelly Kwalik.
Sebenarnya seberapa jauh dukungan terhadap Kelly dari masyarakat setempat?.
Wawancara GATRA Dengan Prabowo Subianto |
Menurut Anda, mengapa ICRC akhirnya mengundurkan diri dari kasus ini?
Mereka menilai tak bisa bicara lagi dengan Kelly, yang dinilai tak rasional dan telah menipunya. Kelly sudah membuat upacara adat untuk pembebasan sandera dan mengundang Palang Merah Inggris serta Belanda. Ternyata itu hanya sandiwara. Sehingga ICRC menganggap tak berguna lagi berdialog dengan penyandera.
Jadi bukan persoalan adanya salah paham antara ABRI dengan ICRC?
Tidak. Saya juga harus mengatakan bahwa ICRC telah bekerja keras untuk membebaskan sandera sebagai mediator. Saya bisa mengerti terhadap pandangan mereka yang tak memihak. Namun saya harus mengatakan, mereka bekerja keras dengan iktikad baik.
Apakah dengan keberhasilan operasi ini Anda berharap ada penghargaan khusus, seperti kenaikan pangkat satu tingkat seperti pada penyelesaian kasus Woyla?
Saya harap demikian untuk prajurit.
Beberapa koran di luar negeri menyebut pasukan Anda nomor tiga setelah Inggris dan Israel?
Kalau peralatan dan dana kami sama, tentu tidak nomor tiga.
*) Laporan Utama Majalah GATRA No. 28/II, 25 Mei 1996.
Artikel lainnya :
KOPASSUS BERHASIL MENGALAHKAN PASUKAN ELITE INGGRIS SAS
SEJARAH MOBIL UNTUK KEPERLUAN MILITER
Artikel lainnya :
KOPASSUS BERHASIL MENGALAHKAN PASUKAN ELITE INGGRIS SAS
SEJARAH MOBIL UNTUK KEPERLUAN MILITER
Tidak ada komentar:
Posting Komentar