KISAH PENDETA JONATHAN ARNOLD MASUK ISLAM
Kisah berikut adalah kisah seorang mu’alaf dari kota Malang mantan Pendeta Militan pelaku Pemurtadan yang banyak mengandung pelajaran berharga dan bahan renungan bagi kita bersama, berikut ini penuturannya.
Mantan Pendeta Jonathan Arnold |
Saya dilahirkan 14-Juli 1943 di kota Malang Jawa Timur, hari Minggu
pukul 09.00 WIB saat lagu kidung suci dikumandangkan di Gereja. Ayah
saya seorang militer AD yang ditokohkan dan disegani oleh warga
Kristiani (Protestan). Hidup dalam kedisiplinan yang tinggi adalah ciri
keluarga kami. Sebagai seorang anggota militer, ayah saya telah
menerapkan kedisiplinan yang tinggi dalam kehidupan kami dan sebagai
seorang Kristiani yang ditokohkan, maka ayah saya termasuk yang sangat
tidak bersahabat dengan umat Islam.
Saya masih ingat betapa hebatnya
orang tua menanamkan kebencian-kebencian dalam hati saya terhadap Islam.
Menurut penuturan ibu, hal itu bermula dari tingkah laku oknum-oknum
orang Islam yang banyak membikin sakit hati ayah. Itulah sebabnya saya
dilarang bergaul dengan mereka dan selalu diawasi dengan ketat.
Pada usia tiga bulan saya di babtis di gereja GPI Malang dengan nama Jonathan Arnold. Tiga tahun kemudian saya mulai sekolah di sekolah Minggu (Zondaag School) di gereja, sampai kemudian melanjutkan ke SMP dan SLTA Kristen.
Pada usia tiga bulan saya di babtis di gereja GPI Malang dengan nama Jonathan Arnold. Tiga tahun kemudian saya mulai sekolah di sekolah Minggu (Zondaag School) di gereja, sampai kemudian melanjutkan ke SMP dan SLTA Kristen.
1. Menjadi Pengkabar Injil
Kelebihan-kelebihan saya dalam sastra, kelancaran lidah saya dalam
menyampaikan nas-nas suci BIBLE, ditunjang dengan keberanian dan
penamplan saya yang meyakinkan, maka beberapa sesepuh Gereja menyatakan
bahwa saya cocok sekali untuk menjadi pengkabar Injil. Inilah alasan
ayah saya mengirim saya ke sekolah Theologia di kota Batu-Malang. Nilai
akhir yang gemilang dan suksesnya theater yang saya tangani, para
pendeta dan tokoh gereja mendesak orang tua saya agar mau mengirimkan
saya ke Universitas Leiden-Belanda.
Perjalanan ke negeri Kincir Angin saya lewati dengan mulus, saya
memilih jurusan Pekabaran Injil dan filosofia, prinsip mata kuliahnya
tidak jauh berbeda dengan yang saya terima di STI Batu-Malang.
Setelah lulus dari Belanda, saya diangkat menjadi pendeta di
kabupaten Lumajang pada akhir tahun 1967, saya langsung membentuk misi
pekabaran yang sering dikenal dengan istilah kristenisasi, apa yang saya
lakukan ini bukanlah hal yang baru. Hal ini telah dilakukan sejak
zaman Belanda.
2. Perjalanan hidupku sebagai penginjil
Saya susun personil-personil yang cukup terlatih, terampil dan mau
bekerja untuk Tuhan, ramah tamah, murah senyum dan tak kalah pentingnya
bekal yang harus dimiliki anggota misi adalah sabar dan tahan pukul.
Karena tugas meraka memang sangat berat. Mereka harus berani
menyampaikan berita dari Allah dengan ‘door to door system’, Semua harus
dilaksanakan dengan iklash, bersih hati dan senang. Karena Tuhan Yesus
( padahal Yudas-lah yang memanggul salib) telah rela memanggul salib
sengsaranya yang cukup jauh. Oleh karena itu tidak ada alasan untuk
berberat hati.
3. Mencari kelemahan orang Islam
Sebelum operasi benar-benar mulai, saya tebarkan anggota misi untuk meneliti dari dekat kehidupan orang-orang muslim. Ternyata ada 3 kelemahan :
Sebelum operasi benar-benar mulai, saya tebarkan anggota misi untuk meneliti dari dekat kehidupan orang-orang muslim. Ternyata ada 3 kelemahan :
Pertama, Banyak orang Islam yang ikut-ikutan, Islamnya hanya Islam KTP dan tidak paham tentang Islam.
Kedua, seringkali terjadi perpecahan antar umat Islam.
Ketiga, banyak umat Islam yang serakah, tamak, bakhil tidak mau menolong fakir miskin dan yatim piatu. Dengan tiga faktor ini saya mulai misi, darah militer orang tua rupanya mengalir dalam tubuh saya, seperti seorang jendral mengatur pasukan tempur, saya sebar anggota saya ke daerah-daerah terpencil, berpendidikan rendah dan berekonomi rendah.
4. Strategi memurtadkan orang Islam
Saya menyebut misi ini dengan sebutan ‘Operasi Simpati’, yaitu agar
memperoleh simpati orang-orang Islam dengan jalan menolong fakir miskin.
Dana yang kami peroleh cukup besar, karena di samping bersumber dari
jemaat sendiri juga dari luar negeri seperti : Belanda, Amerika dan
Australia. Saya juga berpesan kepada anggota misi agar segala sesuatunya
tidak berkesan menarik orang masuk Kristen. Yang kesulitan biaya untuk
sekolah di beri bea siswa, yang sakit diberi obat-obatan, yang susah
dihibur, yang lapar diberi makan, yang lemah ekonomi diberi modal,
bahkan yang keluarganya matipun ditolong dalam biaya dan pelaksanaan
pemakaman, maka operasi simpati ini tampak dari luar sebagai operasi
kemanusiaan, sehingga orang Islam banyak yang tertarik masuk Kristen
tanpa dipaksa.
Hasilnya sangat mengagumkan, dalam waktu singkat dapat memurtadkan
hampir 1000 orang. Namun saya belum puas dengan hasil ini, saya
meragukan kemurtadan mereka, apakah karena ekonomi atau benar-benar
iklash masuk Kristen. Maka saya bikin formula baru yaitu saya kembangkan
pergaulan bebas muda-mudi ala barat, saya kenalkan valentine day,
pakaian dan kesenian barat, kebudayaan hingga olahraga dan
kegiatan-kegiatan lainnya yang mencuri waktu sholat hingga banyak
anak-anak tidak sholat dan mengaji, padahal, hal tersebut sebelumnya
telah menjadi budaya umat Islam.
5. Usaha saya melemahkan pondok pesantren
Penyusunan sistem, metode, personil untuk pelayanan pekerjaan Tuhan juga telah saya persiapkan sangat matang, bahkan gerejapun sudah saya dirikan lengkap dengan sekedul kegiatannya. Dalam perjalanan pengkabaran Injil ke daerah Jember saya rencanakan hendak melemahkan pondok-pondok pesantren, terutama pondok pesantren Kyai Haji Ahmad Shiddiq”. Di sinilah saya bertemu dengan gadis berkerudung putih, pertemuan yang kemudian membuahkan pernikahan antara pendeta dan gadis muslimah. Saya dapat menikahinya karena berpura-pura telah masuk Islam dengan surat palsu yang saya bikin di penghulu Jatiroto.
Penyusunan sistem, metode, personil untuk pelayanan pekerjaan Tuhan juga telah saya persiapkan sangat matang, bahkan gerejapun sudah saya dirikan lengkap dengan sekedul kegiatannya. Dalam perjalanan pengkabaran Injil ke daerah Jember saya rencanakan hendak melemahkan pondok-pondok pesantren, terutama pondok pesantren Kyai Haji Ahmad Shiddiq”. Di sinilah saya bertemu dengan gadis berkerudung putih, pertemuan yang kemudian membuahkan pernikahan antara pendeta dan gadis muslimah. Saya dapat menikahinya karena berpura-pura telah masuk Islam dengan surat palsu yang saya bikin di penghulu Jatiroto.
Rumah tangga berjalan aman hanya beberapa hari saja. Hal ini disebabkan
masing-masing punya akidah yang tidak bisa dipertemukan, kebencian saya
terhadap Islam makin lama semakin tidak bisa ditutup-tutupi, terjadilah
pertengkaran demi pertengkaran dan setiap kali saya marah, istri saya
tidak pernah melawan, yang dilakukannya yaitu langsung shalat dan baca
Al-Qur’an. Dari sinilah timbul keinginan saya yang makin lama makin
keras untuk mengetahui kandungan Al-Qur’an, maka saya pinjam AL-Qur’an
yang ada terjemahannya terbitan dari DEPAG.
5. Hatiku mulai mendapat petunjuk
Terus terang saya belum pernah membaca Al-Qur’an, walaupun mendengarkannya
hampir tiap hari ketika istri sedang membacanya. Pada suatu malam terjadilah sesuatu yang aneh, saat
itu semua orang tidur nyenyak, sepi dan hening. Ada keinginan kuat untuk membaca isi Al-Qur’an tersebut. Saya bukanya dan
seluruh tubuh saya seolah gemetar semua, ketika saya buka persis pada
halaman yang ditandai benang pembatas yaitu surat Ar-Rahman, saya
terpana dengan keindahan bahasa Al-Qur’an yang di ulang-ulang walau
kalimatnya sederhana ‘Nikmat Tuhan manakah yang kamu dustakan”.
Lembar demi lembar saya buka, dan sampailah pada ‘surat Maryam’,
Maryam ibunya Yesus dikisah-kan dalam Al-Qur’an lebih terhormat, suci,
luhur dan mulya dari pada kisah Maryam dalam Alkitab.
Begitu juga dengan sifat Tuhan dalam Al-Qur’an, Tuhan itu Esa adanya,
ini berarti tidak boleh ada alternatif lain selain Allah SWT. Berbeda
dengan Alkitab yang menyatakan Tuhan itu tiga yang amat tidak logis,
apalagi doktrin Tuhan trinitas tersebut baru ada 325 tahun setelah Yesus
diangkat kelangit. Al-Qur’an mengisahkan Allah itu kekal, yang
membedakan antara mahluk dengan Tuhan, tetapi dalam Alkitab dikisahkan
Tuhan telah mati di salib dan Tuhan dikisahkan kalah berkelahi dengan
Ya’kub. Masih banyak hal-hal logis yang tidak saya jumpai dalam Alkitab
yang membuat imanku mulai goyang.
Hari masih pagi ketika itu, langit tampak cerah dan matahari begitu
hangatnya, semalaman saya tidak dapat tidur dengan pikiran yang kalut.
Kemarin saya bertengkar dengan istriku, seperti biasa karena keyakinan
yang berbeda. Pagi itu istriku minta dipulangkan ke rumah orang tuanya,
karena tidak kuat menahan perasaan karena suami selalu memojokkan
bahkan menghina keyakinannya.
“Maaf mas, saya mau nikah sama mas karena kehendak orang tua. Di
Islam hukumnya anak harus nurut sama orang tua. Saya sudah taat, tetapi
rupanya saya mau di-Kristenkan, maaf mas, bagi saya lebih baik
kehilangan Mas dari pada harus kehilangan Iman-Islam, Besok setelah
sholat subuh antarkan saya kembali ke orang tua.”
Besok harinya, tiba-tiba istri saya sudah siap untuk minta
dipulangkan ke orang tuanya. “Kamu harus tetap tinggal di rumah ini
bersama saya” kata-kataku memulai dan dia menatapku dengan tajam.
“sampai perasaanku hancur…sampai imanku hancur..??” tanyanya.
“..Tidak..!!, aku tidak akan berbuat sekasar itu lagi terhadapmu, aku
berjanji didepan Tuhan, kau bebas dengan agamamu, bahkan kau bebas
membaca kitab sucimu.
Tadi malam kitab itu telah aku baca, isinya luar biasa dan benar mutlak. Tapi maaf…aku masih belum yakin, bahwa Islam agama yang benar, aku akan menyelidiki” jawabku menjelaskan pada istriku. “Kalau Islam yang benar mas ?” tanya istriku. “Kalau Islam yang benar maka aku akan masuk Islam, tetapi kalau ternyata Islam yang salah atau keliru, maka kamu harus masuk gereja” jawab saya menantang.
Tadi malam kitab itu telah aku baca, isinya luar biasa dan benar mutlak. Tapi maaf…aku masih belum yakin, bahwa Islam agama yang benar, aku akan menyelidiki” jawabku menjelaskan pada istriku. “Kalau Islam yang benar mas ?” tanya istriku. “Kalau Islam yang benar maka aku akan masuk Islam, tetapi kalau ternyata Islam yang salah atau keliru, maka kamu harus masuk gereja” jawab saya menantang.
7. Iman saya mulai goyang dan tertarik dengan agama Islam
Saya mulai membeli buku-buku Islam, minta bantuan pada kedutaan-kedutaan Islam, bagian penerangan Kerajaan Islam Saudi Arabia. Saya datang ke pondok-pondok pesantren mulai dari Banyuwangi sampai ke Kediri. Tidak ada waktu yang berlalu kecuali saya isi dengan belajar perbandingan agama, saya bertekad mencari kebenaran. Saya tidak ingin membohongi hati nurani.
Saya mulai membeli buku-buku Islam, minta bantuan pada kedutaan-kedutaan Islam, bagian penerangan Kerajaan Islam Saudi Arabia. Saya datang ke pondok-pondok pesantren mulai dari Banyuwangi sampai ke Kediri. Tidak ada waktu yang berlalu kecuali saya isi dengan belajar perbandingan agama, saya bertekad mencari kebenaran. Saya tidak ingin membohongi hati nurani.
Banyak sekali kebenaran hakiki yang saya jumpai dalam Al-Qur’an,
semakin lama semakin nampak kejanggalan-kejanggalan yang ada dalam Alkitab. Dalam
Alkitab banyak sekali pertentangan antara ayat yang satu dengan ayat
yang lainnya, banyak juga berkisah tentang pornografi dan mensifati
Tuhan dengan sifat yang mustahil, belum lagi Alkitab tidak ditulis dalam
bahasa Yesus. Kejanggalan-kejanggalan ini membuat saya semakin
bernafsu mencari sampai dimana kekeliruan-kekeliruan Alkitab.
8. Aku resmi keluar dari Gereja Protestan
Pada suatu malam saya bermimpi melihat menara gereja saya yang
dikerubuti burung-burung. Langit mendadak terbuka, Para malaikat dan
bidadari turun, dan seorang bidadari cantik menyanyikan lagu yang amat
merdu, sampai saya terjaga dari tidur, dan masih kedengaran suara
bidadari itu. Setelah saya amati, ternyata suara itu adalah suara istri
saya yang sedang membaca Al Qur’an.
Sejenak kemudian istri saya
membangunkan saya ”Mas… katanya ingin ketemu Tuhan, mari silakan”. Malam
itu saya bangun, di luar hujan deras diselingi petir
menyambar-nyambar. Saya bangun dan cuci muka lalu duduk di atas sajadah
yang biasa digunakan istri saya sholat.
Saya memang sering bangun
tengah malam. Kalau istri saya sholat, saya cuma berdoa saja. Sementara
hujan belum reda saya khusu’ berdoa sampai tidak terasa air mata saya
berlinang, saya memohon kepada Tuhan, ”..Ya Tuhan tolonglah saya,
berilah petunjuk kepada saya, kalau memang benar Yesus itu Tuhan,
tetapkan hati saya, akan tetapi kalau bukan, tolong beri saya petunjuk
kepada siapa saya harus menyembah”. Tiba-tiba badan saya menggigil,
keringat dingin mengucur amat derasnya, kembali terngiang suara
kiai-kiai, ulama-ulama, yang pernah berdialog dengan saya bahkan suara
dari buku-buku Islam yang saya pelajari, seolah semua berkata ”Islam
adalah agama yang benar”.
Lalu secepatnya saya menulis surat kepada Dewan Gereja
Jatirto-Lumajang dengan tembusan ke Jakarta, saya menyatakan keluar dari
gereja protestan, dan ketika membaca surat saya, istri saya terkejut
dan berkata, “Terlalu cepat pernyataan ini, sudahkah Mas pikirkan
benar?”. Saya jawab, ”Bagiku bahkan terlalu lamban, sekian lamanya aku
terombangambing antara kebenaran dan ketidak benaran, aku sudah tak
sanggup lagi membohongi diri sendiri”. “Sudah mantap benar Mas?”, tanya
istri saya, ”Yah, aku mantap bahwa Islam adalah agama yang benar!”.
Jawab saya, ”Kalau begitu mari saya bimbing membaca syahadat”. Lalu
istri saya berwudhu dan sholat dua rakaat. Sementara itu saya melihat
lonceng di dinding menunjuk pukul 02.10 WIB dini hari.
Usai ia sholat,
tangan saya dijabat, katanya, “Mari saya bimbing masuk Islam, disaksikan
oleh Allah, seluruh malaikat, Nabi dan Rasul, termasuk junjungan kita
Nabi Muhammad saw, coba tirukan: Asyhadu Alla Ilahaillallah, Wa Asyhadu
Anna Muhammadar Rasulullah”. Istri saya tak kuat menahan air matanya
jatuh bercucuran. Dan sejak itu tersiarlah berita dari mulut ke mulut,
”..Jonathan masuk Islam..!”.
Majalah dan surat-kabar juga turut meramaikan. Ayahpun akhirnya mengetahui kalau saya masuk Islam dan memanggil saya pulang, ayah menyodorkan majalah ke hadapan saya dan saya menganggukkan berita tentang saya. Ayah marah sekali dan wajahnya nampak merah padam.
Majalah dan surat-kabar juga turut meramaikan. Ayahpun akhirnya mengetahui kalau saya masuk Islam dan memanggil saya pulang, ayah menyodorkan majalah ke hadapan saya dan saya menganggukkan berita tentang saya. Ayah marah sekali dan wajahnya nampak merah padam.
Ayah saya marah sekali, “Terlalu gila kamu..Biaya ayah habis banyak
karena kamu. Ini berarti kamu telah mengkhianati cita-cita orang tua.
Sekarang aku perintahkan kamu pulang kembali ke Malang dan kembali ke
Gereja!”. Saya hanya dapat menundukkan kepala dan tidak berani menatap
wajah ayah yang merah padam itu. Saya jawab, ”Tidak ayah, saya sudah
menyatakan masuk Islam dan saya sudah berjanji mati bersama Islam”. Ayah
saya semakin berang dan tiba-tiba menggedor meja, “Terlalu gila..jadi
kau sudah benar-benar hendak meninggalkan gereja?”. Saya hanya bisa
menganggukkan kepala, langsung ayah saya menyahut tidak senang, ”Baiklah
kalau kamu sudah tidak bisa diatur lagi, kamu tidak usah mengaku orang
tua di sini, keluar! Dan jangan menginjakkan kakimu lagi di rumah
ini!”.
9. Saya diusir dan kerja di pabrik gula
Sejak itu saya diusir dan sayapun meninggalkan rumah . Di Jatiroto, saya ajak istri saya untuk segera meninggalkan rumah dinas Gereja. Tidak ada yang saya bawa dari rumah itu, sebab saya memang merasa semua kekayaan di rumah itu milik gereja. Selanjutnya, saya ditolong oleh orang-orang Islam, ditempatkan di rumah dinas PG. Jatiroto yang kebetulan tidak ada yang menempati.
Sejak itu saya diusir dan sayapun meninggalkan rumah . Di Jatiroto, saya ajak istri saya untuk segera meninggalkan rumah dinas Gereja. Tidak ada yang saya bawa dari rumah itu, sebab saya memang merasa semua kekayaan di rumah itu milik gereja. Selanjutnya, saya ditolong oleh orang-orang Islam, ditempatkan di rumah dinas PG. Jatiroto yang kebetulan tidak ada yang menempati.
Alhamdulillah, berkat perjuangan tokoh-tokoh Islam akhirnya saya
masuk dan menjadi karyawan PG.Jatiroto. Saya mulai belajar sholat dan
membaca Al-Qur’an, dibawah tuntunan istri saya sendiri.
Satu ketika, disaat lagi asyik-asyiknya belajar sholat, datanglah
adik saya yang anggota marinir dua jip lengkap dengan
anggota-anggotanya. Agaknya keluarga saya di Malang tetap akan memaksa
saya kembali ke Malang dan kembali mengelola gereja. Saat itu dengan
tegas saya jawab,”Maaf, saya sudah memilih Islam dan berjanji mati
dengan Islam!”. Agaknya sudah diatur sebelumnya, begitu mendengar
jawaban saya, ia langsung membuka sabuk kopelreim dan dipukul-pukulkan
di kepala saya dan saya terjatuh ke lantai dengan berlumuran darah. Saya
baru sadar kembali setelah di RS Jatiroto.
Kala itu, ulama-ulama dan tokoh-tokoh agama Islam berdatangan
menjenguk saya di RS. Jatiroto. Setelah peristiwa itu, beberapa ulama
dan kyai mulai menampilkan saya di masjid-masjid untuk memberikan
kesaksian tentang kebenaran ajaran Islam. Atas bimbingan dan dorongan
dari mereka itulah saya akhirnya lebih giat lagi mempelajari,
memperdalam Al-Qur’an dan Hadits.
Saya mulai dikenal masyarakat Islam secara luas, waktu-waktu saya
terisi dengan acara-acara pengajian, dari kampung ke kampung, dari
pesantren ke pesantren, dari kota ke kota, Jawa Timur, Bali, Lombok,
Sumatera Selatan, Kalimantan dan Alhamdulillah sampai ke Malaysia.
Bapak M. Nasir dengan Dewan Dakwah Islamiyah (DDII) nya mendengar
cerita tentang saya dan pada tanggal 29 Agustus sampai dengan 8-9-1991
saya mendapat kehormatan diundang pada kesempatan Silaaturrahmi Jamaah
Muhtadien di Cisalopa, Bogor Jawa Barat, dimana pada kesempatan itu
dihadiri pula oleh para Pengurus Rabithah Al Alam Islamy dari Saudi
Arabia.
10. Bergabung ke jamaah Muhtadien
Forum silaturrahmi Jamaah Muhtadien ini adalah suatu acara yang diselenggarakan oleh orang-orang yang telah mendapat hidayah dari Allah SWT yang kemudian masuk Islam, mereka terdiri dari bekas orang-orang Kristen, Pendeta maupun Pastur.
Forum silaturrahmi Jamaah Muhtadien ini adalah suatu acara yang diselenggarakan oleh orang-orang yang telah mendapat hidayah dari Allah SWT yang kemudian masuk Islam, mereka terdiri dari bekas orang-orang Kristen, Pendeta maupun Pastur.
Sejak itu, setiap kali diundang pengajian, saya selalu dipanggil
dengan “Haji Muhammad Abdillah” sebenarnya saya merasa sangat malu,
karena saya belumlah menunaikan ibadah haji ke tanah suci.
Pada suatu malam, sepulang dari acara pengajian, sebelum berangkat
tidur saya menyempatkan diri untuk melaksanakan sholat tahajjud. Pada
saat sholat itulah, sengaja saya menangis dihadapan Allah SWT, saya
bermunajat, memohon kemurahan Allah SWT agar saya dapat menunaikan
ibadah haji.
Setelah sekian puluh kali hal ini saya lakukan, Allah Yang Maha
Rahman dan Rahim mendengar munajat saya dan Alhamdulillah pada musim
haji tahun 1992, di suatu pagi sekitar tiga hari setelah hari raya Idul
Fitri, datang kepada saya sepucuk surat undangan dari Raja Fadh Arab
Saudi yang isinya mengundang saya untuk menunaikan ibadah haji.
Allah sungguh Maha Besar, saya seolah dalam mimpi ketika tiba-tiba
saya sudah bersujud di Masjidil Haram persis di muka Ka’bah. Kala itu
air mata saya tak terbendung lagi, mengalir deras membasahi pipi dan
seolah-olah menjeritkan suara hati saya, ”.. Yaa Allah, pada akhirnya
telah sampailah perjalanan saya yang sangat meletihkan dari Yerusalem ke
Tanah Suci Mekkah, ampuni dan terima taubat hambamu ini dan jadikan
hambamu ini termasuk golongan haji yang mabrur…amien Ya Robbal
Alamin..”.
Artikel lainnya :
INFO & HARGA EVALIA - SILAHKAN KLIK DISINI... |
Add caption |
jadi terharu....semoga kita ttp dalam iman dan islam sampai kita mati.amin
BalasHapusjadi terharu....semoga kita ttp dalam iman dan islam sampai kita mati.amin
BalasHapusSubhanallah. takjub membaca kisah ini. smg istiqomah dan menggapai cita-cita tertinggi (khusnul khotimah)
BalasHapushttps://goo.gl/yyV72F
Perjalanan hidup yg sangat menyentuh sampai keluar air mata saya membacanya.Semoga Alloh sesalu melimpahkan rahmatNya. Sesalu istiqomah
BalasHapus