Ada kisah menarik yang saya dengar dari Ustadz Yusuf Mansyur ketika berceramah disalah satu stasiun TV swasta, berikut adalah kisah mengenai bagaimana kita mengatasi setiap permasalahan atau persoalan kehidupan, berikut kisahnya.
Add caption |
“Lik, kalau besuk kamu nggak bisa
melunasi utangmu, lebih baik kamu mengosongi rumah ini. Atau, aku yang akan
mengosongi rumahmu ini” ancam rentenir, Ahad pagi itu. Dunia makin terasa
sempit bagi Malik. Sudah tiga tahun ini ia bergelut dengan masalahnya, namun
tak juga ia sanggup mengatasi masalah-masalah yang membelitnya, termasuk hutang
tersebut. Malik sudah berusaha mencari pinjaman, tapi hasilnya nihil. Kurang
dari 24 jam lagi rumah satu-satunya itu akan disita.
Setelah si rentenir pergi,
datanglah tamu kedua yang tidak lain adalah istrinya sendiri. Sudah 2 tahun
suami istri itu pisah ranjang. “Kalau Abang belum juga menandatangani surat
cerai saya, Insya Allah besuk siang ada yang akan datang menjemput paksa Abang.
Jadi besuk pukul 12 siang, saya tunggu di Pengadilan Agama untuk tanda tangan
surat cerai!” Malik makin bongkok mendengar tuntutan istrinya itu. Ah... kalau
saja si Malik tidak selingkuh. Ia masih ingat masa itu, ketika masih
jaya-jayanya, Malik punya hobi main judi dan minum. Ketika usahanya bangkrut,
hobi itu menjadi pelarian. Di tahun kedua ia main judi dan mabuk, terjadilah
‘perselingkuhan’ itu. Malik sudah menjelaskan bahwa ia selingkuh tidak sengaja,
tetapi istrinya tidak terima. Pulang ke rumah orangtuanya dan meminta cerai.
Add caption |
Setelah Ashzar, anak pertama
datang ke rumah. “Pak, besok aku sudah nggak bisa sekolah lagi!” “Kenapa?” tanya Malik, “Habis Bapak tidak
membayarkan uang sekolah. Sudah tujuh bulan nunggak.”
Malik semakin bingung. Tiga
masalah menumpuk dan memuncak di hari itu. Pikiran Malik semakin gelap seiring
hari yang juga mulai gelap. Akhirnya malam itu, Malik memutuskan untuk bunuh
diri.
Untunglah Malik masih punya
sedikit iman. Sebelum bunuh diri, ia ingat belum Shalat Isya’. Sudah lama
sebenarnya Malik tidak shalat, dan ia ingin shalat untuk terakhir kalinya
sebelum ia meninggal.
Keinginan untuk shalat ini
rupanya adalah taufik dari Allah yang membuat Malik secara tak sengaja
mengamalkan 6 amalan yang diwasiatkan Rasulullah kepada umatnya jika sedang
dilanda gelisah. Fal yatawadh-dha’, langkah pertama adalah berwudhu.
Setelah berwudhu, tiba-tiba hati
Malik mulai tenang. “Ya Allah... saya belum pernah dapat ketenangan seperti
ini!”
Malik kemudian menunaikan shalat
Isya’. Langkah kedua dalam wasiat Rasulullah: wal yushalli rak’atain dikerjakan
oleh Malik. Meskipun yang dimaksud dalam hadits tersebut adalah Shalat Hajat,
namun esensinya sama dengan Shalat Isya’ yang dilakukan Malik.
Setelah shalat, Malik melihat Al
Qur’an di atas rak bukunya. “Mengaji dulu ah, untuk terakhir kali,” kata Malik
yang kemudian secara tak sengaja membuka Surat Ali Imran ayat 26.
”Katakanlah, ‘Wahai Tuhan yang
mempunyai kerajaan, Engkau berikan kerajaan kepada orang yang Engkau kehendaki
dan Engkau cabut kerajaan dari orang yang Engkau kehendaki. Engkau muliakan
orang yang Engkau kehendaki dan Engkau hinakan orang yang Engkau kehendaki. Di
tangan Engkaulah segala kebajikan. Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala
sesuatu.”
Seakan-akan Allah mengatakan
kepada Malik: “Lik, Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu. Kata siapa rumahmu
akan disita jika Allah mengamankannya? Kata siapa kau aka bercerai jika Allah
menyatukan kalian? Kata siapa anakmu akan putus sekolah jika Allah memberi
rezeki? Semua keputusan ada di tangan-Ku”
Namun Malik tetap belum percaya.
Bagaimana mungkin uang 15 juta bisa ia dapatkan dalam hitungan jam. Bagaimana
mungkin ia bisa kembali harmonis dengan istrinya jika jam 12 besuk ia harus bercerai
di pengadilan.
Kemudian Malik meneruskan
bacaannya. Ternyata artinya: ”Engkau masukkan malam ke dalam siang dan Engkau
masukkan siang ke dalam malam. Engkau keluarkan yang hidup dari yang mati dan
Engkau keluarkan yang mati dari yang hidup. Dan Engkau beri rezeki siapa yang
Engkau kehendaki, tanpa batas.” (QS. Ali Imran : 27)
Malik masih ragu. Ia pun membuka
lembaran mushaf yang lain dan membaca Surat Faathir ayat 2-3.
”Apa saja yang Allah anugerahkan
kepada manusia berupa rahmat, maka tidak ada seorangpun yan dapat menahannya;
dan apa saja yang ditahan oleh Allah, maka tidak seorangpun yang sanggup
melepaskannya sesudah itu. Dan Dia-lah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.
Hai manusia, ingatlah akan nikmat Allah kepadamu. Adakah pencipta selain Allah
yang dapat memberikan rezeki kepadamu dari langit dan bumi? Tidak ada Tuhan
selain Dia; maka mengapakah kamu berpaling?”
Setelah membaca ayat ini, Malik
pun sadar. Ia memohon ampun kepada Allah karena telah berniat bunuh diri yang
dosanya sangat besar. “Kalau semua urusan adalah kehendak Allah, saya tidak
jadi bunuhdiri deh,” kata Malik sambil menutup mushafnya.
Malik kemudian mematikan seluruh
lampu rumahnya, kecuali kamarnya dan kamar anaknya. Ia ingin bermunajat kepada
Allah. Yang ternyata, itu amal keempat dalam wasiat Nabi setelah berwudhu,
shalat dan membaca Qur’an.
Malik berdoa dengan khusyu’
memohon kepada Allah agar rumahnya tidak jadi disita, tidak jadi cerai dengan
istrinya dan anaknya bisa tetap sekolah. Malik mengiringi doanya dengan membaca
asmaul husna yang dihafalnya: Ya Aziizu ya Hakiim, ya Ghafuru ya Rahiim.
Malik terus berdoa dan membaca
asmaul husna hingga jam 1. Mata terasa ngantuk, tetapi Malik tidak menyerah. Ia
pun berwudhu dan membaca Qur’an lagi. Kali ini ayat yang dibuka tepat tentang
keutamaan taqwa dan tawakkal. Surat Ath Thalaq ayat 2-3.
”Barangsiapa bertaqwa kepada
Allah, niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar. Dan memberinya rezeki
dari arah yang tiada disangka-sangkanya. Dan barangsiapa yang bertawakkal kepada
Allah, niscaya Allah akan mencukupkan keperluannya. Sesungguhnya Allah
melaksanakan urusan yang dikehendakiNya. Sesungguhnya Allah telah mengadakan
ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu”
Selesai membaca ayat ini, Malik
kembali berdoa. Namun, kali ini doanya berbeda dari doa sebelumnya. Ia
benar-benar bertawakkal dalam doanya. “Ya Allah... ampuniah dosaku. Jika besuk
para rentenir itu datang, aku memasrahkan rumah ini. Aku telah menyerahkan
semuanya kepadaMu...”
Setelah bertawakkal, kini Malik
mendapatkan petunjuk untuk melakukan amalan keenam yang diwasiatkan Nabi, yaitu
wal yatashaddaq, bersedekahlah. Malik ingat bahwa yang akan disita dalah
rumahnya saja, sedangkan isinya tidak. Maka ia pun berencana menyedekahkan isi
rumah itu. Ia akan keluar dari rumah itu hanya membawa pakaian saja.
Adzan Shubuh terdengar. Malik
yang sebelumnya lama tidak ke masjid, kini pergi ke rumah Allah itu untuk
shalat berjamaah. Selesai shalat, dzikir dan doa, Malik tidak langsung pulang.
Ia ingin terus menenangkan hatinya di masjid. Ia pun membaca surat Al Waqi’ah.
Ia pernah mendengar, siapa yang membaca surat Al Waqi’ah akan dijauhkan dari
kefakiran.
Tepat pukul 6 pagi, Malik keluar
dari masjid. Begitu nyampai rumah, ia melihat sudah ada orang yang menunggunya.
“keterlaluan si rentenir, janji datang jam 10, jam 6 sudah di sini,” kata
Malik. Namun, ia tetap merasa tenang. Tak lupa ia membaca basmalah.
Ternyata tamu pagi-pagi ini bukan
rentenir, melainkan teman lamanya. Singkat cerita, setelah saling sapa dan
dibuatkan minum, sang teman menyampaikan maksud kedatangannya.
“Sebenarnya gue ada order Lik.
Elu kan jagonya naksir alat-alat berat, bantu gue ya,” kata sang teman. Malik
yang memang “jago” (memiliki keahlian) menaksir harga dimintanya untuk menemani
ke luar kota yang mau mengadakan lelang alat berat.
“Maaf, nggak bisa. Gue lagi
males,” jawab Malik. “Aduh Lik, tolong dong... bisa rugi gue kalau elu nggak
ikut”
Karena Malik tidak mau ikut
temannya, ia pun iseng mengatakan, “Begini, deh. Kalau memang elu mau tetap
ngajak gue juga, siapkan duit 50 juta cash di meja gue”
Perkiraan Malik, tidak mungkin
temannya menyanggupi hal itu. Namun bagi Allah, semuanya bisa terjadi atas kehendakNya.
Kun fayakun.
“Lik, kalau 50 juta mah nggak
ada. Tapi kalau 25 juta ada, pagi ini cash pun gue siapin”
“Tolong diulang yang tadi,” kata
Si Malik yang tersedak mendengar kesanggupan sang teman. “Kalau 25 juta, bisa
langsung gue siapin. Cash”
Alhamdulillah... selesailah
masalah pertama. Masalah utang 15 juta itu beres, bahkan ada sisa 10 juta.
Tinggal dua masalah lagi. Istri dan anak.
Rupanya, ketika Malik berdoa di
malam hari, anaknya yang bungsu tak bisa tidur, ia nangis terus. Orang tua dari
istri Malik menyarankan agar si anak dipertemukan dengan Malik pagi-pagi.
“Barangkali anakmu kangen bapaknya, ajaklah bertemu besuk pagi sebelum kalian
bercerai.”
Setelah mendapatkan uang 25 juta
tersebut, datanglah si istri ke rumah Malik sesuai saran orangtuanya. Malik
tersenyum lebar menyambutnya. Si istri pun terheran-heran. Namun belum lagi
hilang penasarannya, Malik segera memeluknya dan berkata: “Alhamdulillah, Mah,
kita selamat!”
“Selamat apa Bang?”
“Abang dapat duit, nih 25 juta.
Mamah tahu kan rumah kita diincar rentenir gara-gara utang Abang 15 juta. Ini
uang 15 juta nanti Mamah pegang, bayarkan ke rentenir biar nggak datang lagi
selamanya. Katanya mau datang jam 10. Sisanya kita bagi dua. 5 juta buat ongkos
Abang ke Riau, yang 5 juta Mamah pegang buat urusan anak-anak. Selama Abang di
Riau, tolong jaga anak-anak ya”
“Iya Bang” entah mengapa
tiba-tiba kata-kata itu yang keluar dari bibir istrinya. Istri yang tadinya
bersikeras meminta cerai tiba-tiba luluh hatinya.
Permasalahan kedua pun selesai.
Tinggal permasalahan ketiga, yaitu masalah SPP anak. Masalah ini justru yang
paling ringan karena tunggakan SPP hanya 7 bulan, sebulannya Rp 50 ribu. Jadi
totalnya hanya Rp 350 ribu.
[Disarikan dari Buku Kun Fayakun
2 karya Ustadz Yusuf Mansur]
Artikel lainnya :
TUJUH LAPIS LANGIT TERBUKA DENGAN "SEDEKAH"….
TAUBAT ADALAH PEMBUKA PINTU REZEKI
Artikel lainnya :
TUJUH LAPIS LANGIT TERBUKA DENGAN "SEDEKAH"….
TAUBAT ADALAH PEMBUKA PINTU REZEKI
HARGA DAN INFO NISSAN EVALIA - KLIK DISINI....! |
Add caption |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar