Mudik kemaren adalah kesempatan
untuk silaturahim sekaligus belajar ilmu-ilmu penting langsung dari pelaku
bisnis. Kesempatan untuk belajar langsung dari praktisi ini tentu langka. Jika
kita ke toko buku, banyak sekali buku tentang investasi. Tapi mendengar,
berbicara, dan melihat langsung bedanya adalah bumi dan langit!
Investasi = menentukan tujuan
Ini menarik sekali. Seringkali
kita pengen investas seperti beli emas, beli saham, beli reksadana, beli tanah,
beli rumah, dan banyak sekali jenis investasi-investasi. Tapi kita sering lupa
apa sebenarnya tujuan dari investasi kita itu sendiri.
Mau kembali mereview kembali
tujuan financial kita selama ini. Apa yang menjadi tujuan kita? Mau punya
rumah? mau punya mobil? mau punya motor? atau untuk biaya sekolah anak? atau…
untuk pensiun!
Menarik ya…
Menentukan tujuan itu mirip waktu
kita kecil merenungkan tentang cita-cita kita nanti waktu besar mau jadi apa.
Bebas berkhayal. Mau jadi apa aja boleh. enak tenan…
Sama halnya dengan menentukan
tujuan investasi, apapun boleh. Nah jika temen-temen mau, tulis aja di selembar
kertas, atau di catatan smartphone, apa tujuan financial kita. Ini saya beri
contoh sederhana, misal :
1. Mau punya tabungan Rp
500.000.000
2. Mau berangkat haji / umrah
3. Mau memiliki rumah sendiri
4. Mau bersedekah Rp. 100.000.000
Good Goal is Smart Goal
Masih inget kan bagaimana cara
membuat goal?
Ya, be specific!
Buat tujuan-tujuan yang sudah
kita tulis itu menjadi lebih detail.
Apa tujuannya ?
Berapa besar ?
Kapan bisa terwujud ?
Dimana ?
Dengan siapa ?
Be Focus
Selanjutnya adalah pilih salah
satu tujuan financial mana yang kita pilih. Kenapa kok harus memilih? saya kan
mau semuanya? Ini lah hidup, penuh pilihan. Kita tidak mungkin menjadi dokter
dan pilot kan…
Dengan fokus pada satu tujuan
financial, maka akan dengan mudah kita menurunkan menjadi langkah-langkah kecil
dalam investasi kita. Misal sebagai contoh kita menentukan tujuannya adalah
“Memiliki sebuah rumah di daerah Grand Wisata Bekasi, dengan harga sekitar
900jt an, yang akan terbeli dalam 3 tahun kedepan” maka dengan sangat jelas
kita dapat menurunkannya menjadi :
Sebuah rumah
Harga Rp. 900.000.000,-
Waktu perolehan 3 tahun
Wah ada yang kurang tuh, mau
bayar cash atau KPR ?
Mau cash aja deh…
Tinggal diturunkan saja lagi,
berarti per tahun kita harus ada dana Rp. 300.000.000.
Jika kita turunkan lagi maka per
bulan kita harus bisa saving Rp. 25.000.000.
Investasi itu tergantung waktu
Investasi Nah ini dia,
selanjutnya kita perlu pisahkan mana investasi jangka panjang, jangka menengah,
dan jangka pendek. Waktu itu menentukan jenis portofolio mana yang akan kita
gunakan. Misalkan kita merencanakan dana untuk pensiun, yang kira-kira masih 20
tahun lagi, maka kita bisa tempatkan di portofolio jangka panjang seperti
property atau tanah. Untuk saham juga cocok untuk investasi jangka panjang.
Investasi jangka menengah sekitar
5-10 tahun, kita bisa tempatkan di pos seperti reksadana syariah, atau juga
pada portofolio emas. Sedangkan untuk investasi 3-5 tahun tergolong investasi
jangka pendek, sebaiknya menggunakan portofolio yang relatif stabil dan mudah
dicairkan.
Faktor apa selain waktu ?
Ada beberapa faktor lain yang
perlu kita pertimbangkan dalam investasi, yaitu :
1. Growth
Sebelum berinvestasi, coba
pelajari terlebih dahulu performa investasi itu beberapa tahun ke belakang.
Seberapa besar kenaikannya? Apakah perkembangan nilainya bisa mengimbangi
inflasi dan membuat tujuan investasi di awal kita tercapai? Contoh di property perkembangan
bisa 20-500% per tahun, atau di saham sekitar 20-30% setahun, di emas sekitar
25% / tahun.
2. Income
Pilih investasi yang sesuai
dengan income. Harapan ke depan tentu investasi kitalah yang memberikan kita
income.
3. Risk
Dalam berinvestasi tentu ada
untung dan rugi. Inilah yang harus di manage. Secara umum, investasi dengan
nilai prosentase yang tinggi memiliki resiko yang lebih tinggi juga. Atau
istilahnya “High risk High Gain”. Wajib untuk mempertimbangkan resiko atau
kemungkinan terburuk yang akan Anda dapatkan dari investasi yang Anda pilih.
Seringkali usia akan menjadi penentu, dulu waktu belajar tentang financial
misalnya portofolio di saham boleh dimasukkan dengan prosentasi 100% – usia%.
misal usia 40 tahun, maka 60%
masuk di profile resiko sedang-tinggi, dan sisa 40% bisa di investasi beresiko
rendah.
Semoga kita bisa meraih tujuan
financial kita ya…
Ingat jangan lupa bayar juga
zakat dan sedekahnya !
Sumber : annasahmad.com