Senin, 09 September 2013

KISAH KEMATIAN - TEWASNYA 332 PENDUDUK DUKUH LEGETANG




Bencana Alam Tanah Longsor
Kisah nyata ini terjadi di daerah Banjarnegara beberapa puluh tahun yang lalu. Bencana alam dan petaka yang terjadi adalah sebagai akibat maraknya maksiat dan perzinahan, oleh Allah ditimpakan gunung ke kampung atau dukuh Legetan. Pada saat membaca kisah ini membuat merinding membacanya. Astaghfirullaah. Semoga negeri ini tidak ditenggelamkan oleh Allah Subhanahu wa ta'ala karena kecongkakan sebagian penduduknya…

INI KISAH TENTANG SEBUAH DESA YANG HILANG

Membaca berita musibah tanah longsor di Karangkobar-Banjarnegara membuat kita semua prihatin dan bersedih. Sebanyak 105 KK terbenam seketika. Musibah ini mengingatkan kita semua, betapa ajal bisa datang kapan saja, tak terduga. Terlepas dari kurang perhatian ataupun kurang waspadanya pemerintah dalam menanggulangi musibah yang sudah memunculkan tanda-tanda sebelumnya ini, kita seakan diajak untuk mengingat kembali kejadian puluhan tahun silam di Banjarnegara juga. Sebuah musibah tentang terbenamnya Dukuh Legetang pada tahun 1955.



Dukuh Legetang adalah sebuah dukuh makmur yang terletak tak jauh dari dataran tinggi Dieng-Banjarnegara, sekitar 2 km di sebelah utaranya. Penduduknya cukup makmur. Mereka adalah para petani sukses. Mereka bertani kentang, kobis, wortel dll. Tetapi sayangnya melimpahnya materi tersebut tak diiringi dengan kesyukuran. Mereka seakan lupa diri.

Berbagai kesuksesan duniawi yang berhubungan dengan pertanian menghiasi dukuh Legetang. Misalnya apabila di daerah lain tidak panen tetapi mereka panen berlimpah. Kualitas buah/sayur yang dihasilkan juga lebih dari yang lain. Namun barangkali ini merupakan “istidraj” (disesatkan Allah dengan cara diberi rizqi yang banyak dan orang tersebut akhirnya makin tenggelam dalam kesesatan). Masyarakat dukuh Legetang umumnya ahli maksiat dan bukan ahli bersyukur.

Perjudian disana merajalela, begitu pula minum-minuman keras (yang sangat cocok untuk daerah dingin). Tiap malam mereka mengadakan pentas Lengger (sebuah kesenian yang dibawakan oleh para penari perempuan, yang sering berujung kepada perzinaan). Anak yang kimpoi sama ibunya dan beragam kemaksiatan lain sudah sedemikian parah di dukuh Legetang.

Pada suatu malam turun hujan yang lebat dan masyarakat Legetang sedang tenggelam dalam kemaksiatan. Tengah malam hujan reda. Tiba-tiba terdengar suara “buum”, seperti suara benda yang teramat berat berjatuhan.

Pagi harinya masyarakat disekitar dukuh Legetang yang penasaran dengan suara yang amat keras itu menyaksikan bahwa Gunung Pengamun-amun sudah terbelah (bahasa jawanya : tompal), dan belahannya itu ditimbunkan ke dukuh Legetang.

Dukuh Legetang yang tadinya berupa lembah itu bukan hanya rata dengan tanah, tetapi menjadi sebuah gundukan tanah baru menyerupai bukit. Seluruh penduduknya mati. Gegerlah kawasan dieng…

Seandainya gunung Pengamun-amun sekedar longsor, maka longsoran itu hanya akan menimpa dibawahnya. Akan tetapi kejadian ini bukan longsornya gunung. Antara dukuh Legetang dan gunung Pengamun-amun terdapat sungai dan jurang, yang sampai sekarang masih ada.

Jadi kesimpulannya, potongan gunung itu terangkat dan jatuh menimpa dukuh Legetang. Siapa yang mampu mengangkat separo gunung itu kalau bukan Allah?
“Apakah kamu merasa aman terhadap Allah yang dilangit bahwa Dia akan menjungkirbalikkan bumi bersama kamu, sehingga dengan tiba-tiba bumi itu bergoncang?” (QS Al Mulk 67: 16).

Kini diatas bukit bekas dukuh Legetang dibuat tugu peringatan. Ditugu tersebut ditulis dengan plat logam:
 

“TUGU PERINGATAN ATAS TEWASNJA 332 ORANG PENDUDUK DUKUH LEGETANG SERTA 19 ORANG TAMU DARI LAIN-LAIN DESA SEBAGAI AKIBAT LONGSORNJA GUNUNG PENGAMUN-AMUN PADA TG. 16/17-4-1955″

Sungguh kisah tenggelamnya dukuh Legetang ini menjadi peringatan bagi kita semua bahwa Azab Allah yang seketika itu tak hanya terjadi di masa lampau, di masa para nabi, tetapi azab itu pun bisa menimpa kita di zaman ini.

Adalah sangat mudah bagi Allah untuk mengazab manusia-manusia durjana dalam hitungan detik. Andaikan di muka bumi ini tak ada lagi hamba2 yang bermunajat di tengah malam menghiba ampunan-Nya, mungkin dunia ini sudah kiamat. Kita berhutang budi kepada para ibadurrahman, para hamba Allah yang berjalan dengan rendah hati, tak menyombongkan dirinya. Mereka senantiasa bersujud memohon ampunan-Nya. Ya, semua makhluq di bumi berhutang budi kepada mereka.

Meski keberadaan mereka terkadang tak dianggap, hanya dipandang sebelah mata oleh manusia, tetapi sesungguhnya mereka begitu dikenal oleh penghuni langit. Mereka begitu tulus menghamba pada-Nya, berusaha menegakkan kalimat-Nya di muka bumi ini. Mereka tak pernah mengharapkan imbalan dari manusia, karena imbalan dari Allah lebih dari segalanya.

Karena doa dan tangisan merekalah azab masih ditahan….
Kita harus berterimakasih kepada mereka…..terimakasih kepada para Ustadz & Ustadzah yang gigih menegakkan Islam di muka bumi ini.




Artikel lainnya : 
3 TANDA KEMATIAN YANG AKAN DATANG
Kisah Raja Habib, Gunung Qubais dan Mukjizat Rasulullah SAW

INFO PROMO DAN DAFTAR HARGA MOBIL BARU SHOWRROM NISSAN JAKARTA - INFO OTOMOTIF, HARGA DAN WARNA ALL NEW NISSAN TEANA  Menghadirkan Mobil Sedan Terbaru All New Nissan Teana
All New Nissan TEANA - silahkah KLIK disini...!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar