LS MOKOGINTA |
Memiliki orang tua Muslim ternyata tak menjadikan Mokoginta pengikut
agama yang dibawa Nabi Muhammad saw. Dan kebebasan beragama yang
diberikan kedua orang tuanya kemudian justru menjadikannya seorang
Katolik.
Alih-alih mewarisi keislaman orang tuanya, pelajaran tentang indahnya
Islam justru didapatkan Mokoginta dari sebuah keluarga yang dikenalnya
saat merantau ke Jakarta. Kepada Republika, pria kelahiran 8 September
1949 ini menceritakan perjalanannya mempelajari Islam, agama yang
menjadikannya seorang misionaris Muslim.
“Ayahku adalah seorang non Muslim dari etnis Cina yang masuk Islam
saat menikahi ibuku,” ujarnya mengawali cerita. Karena itu, praktis
Mokoginta terlahir dari kedua orang tua yang beragama Islam. Namun
karena keduanya beranggapan semua agama sama dan benar, ia dan tujuh
saudaranya disekolahkan di sekolah Katolik.
Pendidikan dan lingkungan sekolah menjadikan Mokoginta dan
saudara-saudaranya pemeluk Katolik. Hingga pada satu masa, tahun 1976,
Mokoginta merantau ke Ibukota untuk mengadu nasib. Perantauannya itu tak
hanya membawanya menjadi seorang pebisnis, namun juga seorang pengikut
Yesus yang mencintai Muhammad saw.
Ia berkenalan dengan sebuah keluarga Muslim yang menjadi mitra
bisnisnya di Jakarta, dan tinggal tak jauh dari mereka. Di sana,
lingkungan kembali menjadi guru bagi Mokoginta. “Mereka adalah keluarga
yang islami. Dan bersama mereka, aku merasakan kehidupan beragama yang
harmonis,” kata pria kelahiran Kotamobagu, Sulawesi Utara ini.
Tak perlu waktu lama untuk membuat Mokoginta tertarik pada Islam.
Diam-diam, ia mulai membuat penilaian tentang agama itu, dan mulai
merasakan kebenarannya. Baginya, ajaran Islam sangat memperhatikan
persoalan akidah dan akhlak, sesuatu yang tidak pernah diajarkan secara
khusus dalam agamanya.
“Islam mengatur semuanya dengan Alquran dan sunnah Rasulullah,
termasuk segala sisi kehidupan beragama. Sedangkan ajaran ‘kasih’ yang
selalu didengung-dengungkan dalam Kristen tidak kurasakan,” katanya.
Semakin jauh mengenal Islam, Mokoginta mulai merasakan ketidakberesan
dalam keimanannya. “Alhamdulillah, hijrahku ke Jakarta adalah kehendak
Allah SWT.”
Empat tahun bermitra dan bergaul dengan keluarga Muslim itu,
Mokoginta tak pernah sekalipun dipaksa atau bahkan didorong untuk masuk
Islam. Namun selama itu, diam-diam ia mempelajari Islam dan
membandingkannya dengan ajaran Alkitab.
Tahun 1980, hidayah Allah yang melingkupi hati Mokoginta selama
hampir empat tahun berbuah syahadat. Mokoginta berislam setelah melihat
bahwa justru umat Islam lah yang mengamalkan ajaran agamanya. “Muslimlah
pengikut Yesus dalam arti yang sesungguhnya, karena merekalah yang
mengamalkan ajaran Yesus (Nabi Isa as),” ujarnya.
Mokoginta mencontohkan, banyak di antara perintah Allah dan Yesus
tidak ia amalkan selama menjadi pemeluk Katolik. “Allah mengharamkan
babi tapi kami memakannya, Allah berfirman bahwa Dia itu Esa tapi kami
menjadikan-Nya Trinitas, Yesus dikhitan sedangkan kami tak wajib
berkhitan, Yesus bersabda ia nabi utusan Allah tapi kami jadikan ia
Tuhan, Yesus menyuruh menyembah Allah tapi justru Yesus yang kami sembah
setiap hari,” urainya.
“Ternyata semua perintah Allah dan ajaran Yesus itu, umat Islamlah
yang mengamalkan,” ujar Mokoginta. Ia kemudian menyimpulkan bahwa
berislam adalah satu-satunya jalan untuk bisa mengamalkan semua ajaran
Yesus. “Jika aku tetap dalam Kristen, maka setiap hari aku akan
mengkhianati ajaran Allah dan Yesus.”
Terlebih, tambahnya, dalam sabdanya Yesus menyebut dirinya sebagai
utusan bagi Bani Israel, bukan untuk seluruh umat. “Yesus juga berkata
bahwa akan datang setelahnya nabi bernama Ahmad atau Muhammad. Dialah
nabi akhir zaman yang diutus untuk menyempurnakan agama bagi umat
manusia.”
Artikel lainnya :
Alasan Bassis band Gugun Blues Shelter "Jono" Menjadi Muallaf
Kisah Mualaf : Felix Siauw, 3 Pertanyaan Membawanya Menjadi Mualaf
Artikel lainnya :
Alasan Bassis band Gugun Blues Shelter "Jono" Menjadi Muallaf
Kisah Mualaf : Felix Siauw, 3 Pertanyaan Membawanya Menjadi Mualaf
INFO DAN HARGA EVALIA - KLIK DISINI ....! |
Add caption |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar