Berjuta kegalauan mendera di lubuk hati perempuan itu. Tertatih
ia melangkah. Jauhnya jarak, panasnya perjalanan, tidak ia pedulikan.
Harapannya hanya satu. Ia ingin pulih. Kepulihan yang membuatnya ringan
dalam beribadah. Kesembuhan yang dapat mengakhiri risaunya selama ini.
Untuk itu, satu pintu yang ia tuju. Pintu rumah lelaki paling mulia. Pintu RasuluLlah shallaLlahu alayhi wa sallam.
“Ya RasuluLlah,” ujarnya. “Aku mengidap penyakit yang telah lama tak
kunjung sembuh. Jika penyakitku itu menerpa, hilanglah kesadaranku. Aku
bergerak-gerak tanpa dapat kukendalikan. Dalam ketidaksadaranku,
seringkali tersingkap auratku.”
“Ya Rasulullah, aku mohon kepadamu, doakanlah aku agar terbebas dari penyakit ini,” demikian pintanya.
RasuluLlah shallaLlahu alayhi wa sallam tersenyum dan menjawab,
“Sungguh, jika engkau mampu untuk bersabar dalam derita penyakitmu ini,
maka balasan bagimu adalah syurga …”
“Akan tetapi jika engkau tidak dapat bersabar, aku dapat saja meminta
kepada Allah agar Ia berkenan menyembuhkanmu,” ucap RasuluLlah.
Mendengar syurga yang dijanjikan kepadanya, perempuan itupun bergegas menyahut, “Aku siap untuk bersabar Ya RasuluLlah …”
“Hanya satu saja yang mengganggu fikiranku saat ini. Jika kau
berkenan doakanlah aku untuk satu hal saja. Auratku sering tersingkap
saat aku diserang penyakitku. Karena itu pintaku hanya satu wahai
utusan Allah. Mohonkanlah kepada Allah, agar auratku tidak tersingkap
saat aku tidak sadar,” ungkapnya lirih.
RasuluLlah shallaLlahu alayhi wa sallam pun mengangkat kedua
tangannya. Berdo’a kepada Allah, agar aurat perempuan itu tak pernah
lagi tersingkap saat ia sakit.
*******
Kisah yang menggetarkan ini, ditulis oleh Imam al-Bukhari dan Imam
Muslim dalam kitab shahih-nya. Keduanya meriwayatkan kisah ini dengan
jalur sanad yang bersumber dari sahabat Abdullah ibn Abbas radhiyaLlahu
‘anhuma.
Ada banyak hikmah yang dapat kita petik dari kisah ini. Syaikh Salim
ibn I’ed al-Hilali dalam kitab Bahjatun Nazhirin menyebutkan setidaknya
lima pelajaran dalam hadits ini.
Namun dalam tulisan ini saya hanya ingin mengangkat satu saja hikmah
dari kisah ini. Yaitu, betapa besarnya al-hayaaa’ ‘inda shohaabiyaat.
Betapa besarnya rasa malu di kalangan para sahabat perempuan.
Begitulah. Karena besarnya kerinduan akan syurga, perempuan ini
berkomitmen untuk tetap bersabar dalam deraan penyakitnya. Penyakit
sejenis epilepsi yang dapat membawanya kapan saja untuk hilang
kesadaran.
Meskipun ia mampu untuk bersabar menjalani hari-hari dalam
kehidupannya dengan penyakit, ia menyimpan satu kecemasan. Cemas karena
auratnya bisa saja tersingkap saat ia tak sadar. Untuk itulah ia
memohon agar RasuluLlah berkenan mendoakannya agar auratnya tidak
tersingkap.
Jika dalam keadaan tidak sadar saja, perempuan di masa RasuluLlah
cemas bila auratnya tersingkap. Apatah lagi jika dalam keadaan sadar.
Tentu lebih besar lagi rasa malu itu tertanam.
Sekarang, kemanakah rasa malu itu berada ….? Saat perempuan-perempuan
berjalan setiap hari, dengan kesadaran penuh, hanya dilapisi pakaian
berbahan minim.
Kemanakah rasa malu itu pergi hari ini… ? Saat foto-foto “manis” para
“akhwat” muslimah tersebar di mana-mana … Di dunia maya maupun di
dunia nyata. Di tembok facebook maupun di tembok rumah dan pagar.
Masih adakah kerinduan pada syurga itu …? Sebagaimana rindunya para
shohabiyat. Kerinduan yang mengokohkan mereka untuk tetap bersabar dalam
penderitaan. Tetap bersabar dalam keta’atan
Sungguh benarlah sabda RasuluLlah shallaLlahu alayhi wa sallam,
“al-hayaa-u minal iimaan …” Rasa malu itu adalah sebagian dari iman.
Kalau rasa malu itu telah hilang, saatnya kita menjenguk hati kita.
Masih adakah keimanan itu terpatri ? Masih adakah rasa takut kepada
Allah tertanam ?
Seringkali ada orang yang berfikir, “Tak apalah auratku terbuka
sedikit … Mudah-mudahan ini diampuni oleh Allah … Toh, ini bukanlah
perkara yang besar .. Kalaupun dosa, ini hanya lah dosa kecil …”
Hmm, mungkin saja ini dosa kecil. Namun, dibalik dosa kecil itu ada aturan Sang Pencipta Langit dan Bumi yang telah kau langgar.
Benarlah ucapan seorang sholih yang berkata, “Jangan pernah kau
pandang remeh dosa kecil yang kau lakukan. Tapi pandanglah Ia yang
perintah-Nya telah kau langgar.”
Wallahu a’lam bis showwab.
Penulis : Muhammad Setiawan
Artikel lainnya :
Wanita Pertama Yang Masuk Surga
Anak Kecil Di Hari Raya Idul Fitri
TDP DAN ANGSURAN RINGAN DATSUN - KLIK DISINI..! |
Add caption |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar