PEMERINTAHAN YANG TEGAS DAN BERWIBAWA
Apabila seseorang berbuat
salah dan tahu bahwa apa yang diperbuatnya itu menyalahi aturan yang ada,
tentunya hal yang sangat wajar untuk meminta maaf kepada pihak yang dirugikan
atau orang yang menjadi korban perbuatannya tersebut.
Dalam kehidupan ini saling memaafkan
adalah perbuatan mulia, karena tidak ada manusia yang sempurna tanpa melakukan
tindakan atau perbuatan yang salah. Manusia dengan berbagai kekurangannya
seringkali bertindak atau melakukan kesalahan-kesalahan, baik yang dilakukan
secara sengaja maupun yang tidak disengaja. Kitapun bisa mengerti ketika
seseorang mengucapkan “No body’s Perfect” dan memang tak ada manusia yang tak
pernah berbuat kesalahan dalam
hidupnya.
Add caption |
Menjadi suatu fenomena yang
menarik dalam dunia intelejen atau spionase karena pihak-pihak tertentu
berusaha untuk saling “mencuri” informasi dengan berbagai cara-cara yang
digunakan baik itu kepada lawan atau kawan sekalipun untuk kepentingannya
masing-masing. Dalam mengumpulkan atau mendapatkan informasi ini mereka
mengunakan teknik-teknik spionase tingkat tinggi dan dengan semakin canggihnya
teknologi informasi tentunya semakin memudahkan untuk memperoleh informasi yang diperlukan.
Teknologi informasi yang
semakin canggih menjadi kelebihan beberapa Negara untuk melakukan “penyadapan”
ke negara atau tokoh-tokoh negara lain untuk mendapatkan informasi-informasi
penting yang dibutuhkan. Hal ini tentu saja perbuatan yang tidak dibenarkan dan
melanggar hukum Internasional. Beberapa kepala negara melakukan protes keras
akibat adanya insiden penyadapan ini yang didalangi oleh Amerika Serikat.
Salah satu korban penyadapan
ini adalah kepala Negara Republik Indonesia Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY),
berbeda sikap dengan kepala negara lain pak SBY terkesan “adem ayem”. Penyadapan
ini dilakukan melalui kedubes Australia di Jakarta, selain pak SBY ada beberapa
tokoh-tokoh penting di pemerintahan. Insiden penyadapan ini tentu saja membuat masyarakat
menjadi marah dan kecewa atas hal yang dilakukan oleh pemerintah Australia dan bekerjasama dengan pemerintah Amerika Serikat untuk melakukan
penyadapan tersebut.
Pemeritah Indonesia menuntut
persoalan ini segera diselesaikan dan adanya permintaan maaf secara resmi dari
pemerintah Australia yang sudah kesekian kali melakukan perbuatan tidak
menyenangkan kepada pemerintah dan rakyat Indonesia.
Perdana Menteri Australia Tonny
Abbot telah menegaskan tidak akan meminta maaf kepada Indonesia terkait dengan
penyadapan. Sikap Abbot ini mendapat apresiasi dari mantan diplomat Australia
yang pernah menjadi duta besar Indonesia, John McCharthy. Menurutnya dia,
permintaan maaf berarti melakukan pembenaran bahwa negaranya melakukan tindakan
intelejen seperti yang dituduhkan.
“Saya mengerti posisi dia (Abbot). Anda tidak dapat melakukan itu. Permintaan maaf itu sulit”, kata McCharthy yang bertugas di Jakarta pada tahun 1997 – 2001. Pemerintah dinilai terlalu lambat bereaksi atas insiden penyadapan ini.
Akhirnya pak SBY memanggil
pulang dubesnya dari Australia dan menghentikan beberapa kesepakatan kerja sama
dengan pemerintah Australia sebagai bentuk protes atas insiden penyadapan tersebut. Pertayaanya
adalah, apakah cukup dengan tindakan tersebut….???
Mayoritas masyarakat
menuliskan disurat kabar nasional dan beberapa media jejaring social agar pak
SBY bertindak lebih TEGAS. Menurut masyarakat inilah saatnya pak SBY bersikap
dan bertindak tegas. Sebenarnya ini momen yang sangat pas untuk pak SBY bisa
menunjukkan sosok kepempimpin yang TEGAS dan BERWIBAWA di mata rakyat Indonesia.
Tunjukkan bagaimana sebagai kepala Negara yang besar dan berdaulat penuh tidak
bisa diremehkan dan dipermainkan oleh sikap Australia yang arogan.
Masyarakat yang memberikan
komentar diberbagai media menginginkan agar pak SBY segera mengusir dubes
Australia dan segera putuskan hubungan diplomatik dengan Australia. Hal ini
tentu akan mendapat dukungan penuh dan mayoritas masyarakat Indonesia yang
tidak ingin harkat dan martabat sebagai bangsa direndahkan dan diremehkan oleh Negara
lain.
Itupun kalau benar pak SBY
mampu bersikap TEGAS…. Setidaknya ini bisa dilakukan sebelum mengakhiri masa jabatannya yang tinggal
menghitung hari, masyarakat akan ingat bahwa pernah ada pemimpin yang punya
sikap TEGAS seperti proklamator bangsa ini, Presiden Pertama Republik Indonesia Ir.
Soekarno.
By I.One 21/11/2013
Add caption |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar