Add caption |
Dari Ibnu Abbas r.a., beliau mengatakan ada seseorang yang
bertanya kepada Rasulullah saw. “Wahai Rasulullah, amalan apakah yang
paling dicintai Allah?” Beliau menjawab, “Al-hal wal murtahal.” Orang
ini bertanya lagi, “Apa itu al-hal wal murtahal, wahai Rasulullah?”
Beliau menjawab, “Yaitu yang membaca Al-Qur’an dari awal hingga akhir.
Setiap kali selesai ia mengulanginya lagi dari awal.” (HR. Tirmidzi)
Generasi sahabat dapat menjadi generasi terbaik (baca; khairul qurun) adalah karena mereka memiliki ihtimam yang sangat besar terhadap Al-Qur’an. Sayid Qutub dalam bukunya Ma’alim Fii Ath-Thariq menyebutkan tiga faktor yang menjadi rahasia mereka mencapai generasi terbaik seperti itu.
Pertama
karena mereka menjadikan Al-Qur’an sebagai satu-satunya sumber pegangan
hidup, sekaligus membuang jauh-jauh berbagai sumber-sumber kehidupan
lainnya.
Kedua, ketika membacanya mereka tidak memiliki tujuan-tujuan untuk tsaqafah,
pengetahuan, menikmati keindahan ataupun tujuan-tujuan lainnya. Namun
tujuan mereka hanya semata-mata untuk mengimplementasikan apa yang
diinginkan Allah dalam kehidupan mereka.
Ketiga, mereka
membuang jauh-jauh segala hal yang berhubungan dengan masa lalu ketika
jahiliyah. Mereka memandang bahwa Islam merupakan titik tolak perubahan,
yang sama sekali terpisah dengan masa lalu, baik yang bersifat
pemikiran ataupun kebudayaan.
Tilawatul qur’an; itulah kunci utama kesuksesan mereka. Imam
Syahid Hasan Al-Banna mengatakan, “Usahakan agar Anda memiliki wirid
harian yang diambil dari kitabullah minimal satu juz per hari dan
berusahalah agar jangan mengkhatamkan Al-Qur’an lebih dari sebulan dan
jangan kurang dari tiga hari.”
Keutamaan Membaca al-Qur’an :
Dalam kitab Riyadhus Shalihin, Imam Nawawi memaparkan hadits-hadits yang berkenaan dengan keutamaan membaca Al-Qur’an. Di antaranya :
1. Akan menjadi syafaat bagi pembacanya di hari kiamat.
Dari Abu Amamah ra, aku mendengar Rasulullah saw. bersabda,
“Bacalah Al-Qur’an, karena sesungguhnya ia akan menjadi syafaat bagi
para pembacanya di hari kiamat.” (HR. Muslim)
2. Mendapatkan predikat insan terbaik.
Dari Usman bin Affan ra, Rasulullah saw. bersabda, “Sebaik-baik kalian adalah yang mempelajari al-Qur’an dan mengajarkannya.” (HR. Tirmidzi)
3. Mendapatkan pahala akan bersama malaikat di akhirat, bagi yang mahir mambacanya.
Dari Aisyah ra, berkata; bahwa Rasulullah saw. bersabda, “Orang yang
membaca Al-Qur’an dan ia mahir membacanya, maka kelak ia akan bersama
para malaikat yang mulia lagi taat kepada Allah.” (HR. Bukhari Muslim)
4. Mendapatkan pahala dua kali lipat, bagi yang belum lancar.
“Dan orang yang membaca Al-Qur’an, sedang ia masih terbata-bata
lagi berat dalam membacanya, maka ia akan mendapatkan dua pahala.” (HR. Bukhari Muslim)
5. Akan diangkat derajatnya oleh Allah
Dari Umar bin Khatab ra. Rasulullah saw. bersabda,: “Sesungguhnya
Allahswt. akan mengangkat derajat suatu kaum dengan kitab ini
(Al-Qur’an), dengan dengannya pula Allah akan merendahkan kaum yang
lain.” (HR. Muslim)
6. Mendapatkan sakinah, rahmat, dikelilingi malaikat, dan dipuji Allah di hadapan makhluk-Nya.
Dari Abu Hurairah ra. Rasulullah saw. bersabda, “Tidaklah suatu
kaum berkumpul di salah satu rumah-rumah Allah untuk melantunkan
ayat-ayat suci Al-Qur’an dan mempelajarinya, melainkan akan turun kepada
mereka ketengangan, akan dilingkupi pada diri mereka dengan rahmat,
akan dilingkari oleh para malaikat, dan Allah pun akan menyebut (memuji)
mereka di hadapan makhluk yang ada di dekat-Nya.” (HR. Muslim)
Keutamaan mengkhatamkan al-Qur’an :
a. Merupakan amalan yang paling dicintai Allah
Dari Ibnu Abbas ra, beliau mengatakan ada seseorang yang bertanya
kepada Rasulullah saw., “Wahai Rasulullah, amalan apakah yang paling
dicintai Allah?” Beliau menjawab, “Al-hal wal murtahal.” Orang ini
bertanya lagi, “Apa itu al-hal wal murtahal, wahai Rasulullah?” Beliau
menjawab, “Yaitu yang membaca Al-Qur’an dari awal hingga akhir. Setiap
kali selesai ia mengulanginya lagi dari awal.” (HR. Tirmidzi)
b. Orang yang mengikuti khataman Al-Qur’an, seperti mengikuti pembagian ghanimah
Dari Abu Qilabah, Rasulullah saw. mengatakan, “Barangsiapa yang
menyaksikan (mengikuti) bacaan Al-Qur’an ketika dibuka (dimulai), maka
seakan-akan ia mengikuti kemenangan (futuh) fi sabilillah. Dan
barangsiapa yang mengikuti pengkhataman Al-Qur’an maka seakan-akan ia
mengikuti pembagian ghanimah.” (HR. Addarimi)
c. Mendapatkan doa/shalawat dari malaikat
Dari Mus’ab bin Sa’d, dari Sa’d bin Abi Waqas, beliau mengatakan,
“Apabila Al-Qur’an dikhatamkan bertepatan pada permulaan malam, maka
malaikat akan bersalawat (berdoa) untuknya hingga subuh. Dan apabila
khatam bertepatan pada akhir malam, maka malaikat akan bershalawat/
berdoa untuknya hingga sore hati.” (HR. Addarimi.)
d. Mengikuti sunnah Rasulullah saw.
Mengkhatamkan Al-Qur’an merupakan sunnah Rasulullah saw. Hal ini tergambar dari hadits berikut: Dari
Abdullah bin Amru bin Ash, beliau berkata, “Wahai Rasulullah saw.,
berapa lama aku sebaiknya membaca Al-Qur’an?” Beliau menjawab,
“Khatamkanlah dalam satu bulan.” Aku berkata lagi, “Sungguh aku mampu
lebih dari itu, wahai Rasulullah?” Beliau menjawab, “Khatamkanlah dalam
dua puluh hari.” Aku berkata lagi, “Aku masih mampu lebih dari itu,
wahai Rasulullah.” Beliau menjawab, “Khatamkanlah dalam lima belas
hari.” “Aku masih lebih mampu lebih dari itu, wahai Rasulullah.” Beliau
menjawab, “Khatamkanlah dalam sepuluh hari.” Aku menjawab, “Aku masih
lebih mampu lagi, wahai Rasulullah.” Beliau menjawab, “Khatamkanlah
dalam lima hari.” Aku menjawab, “Aku masih lebih mampu lagi, wahai
Rasulullah.” Namun beliau tidak memberikan izin bagiku. (HR. Tirmidzi)
Waktu mengkhatamkan Al-Qur’an :
a. Keutamaan waktu yang dibutuhkan untuk mengkhatamkan Al-Qur’an
Dari Abdullah bin Amru bin Ash, dari Rasulullah saw., beliau
berkata, “Puasalah tiga hari dalam satu bulan.” Aku berkata, “Aku mampu
untuk lebih banyak dari itu, wahai Rasulullah.” Namun beliau tetap
melarang, hingga akhirnya beliau mengatakan, “Puasalah sehari dan
berbukalah sehari, dan bacalah Al-Qur’an (khatamkanlah) dalam sebulan.”
Aku berkata, “Aku mampu lebih dari itu, wahai Rasulullah?” Beliau terus
malarang hingga batas tiga hari. (HR. Bukhari)
Hadits ini menunjukkan batasan waktu paling minimal dalam membaca
Al-Qur’an. Karena dalam hadits lain terkadang beliau membatasi hanya
boleh dalam 5 hari, dan dalam hadits yang lain dalam tujuh hari. Maka
dari sini dapat disimpulkan, batasan paling cepat dalam mengkhatamkan
Al-qur’an adalah tiga hari.
b. Larangan untuk mengkhatamkan kurang dari tiga hari
Hadits di atas juga mengisyaratkan larangan Rasulullah saw. untuk
mengkhatamkan Al-Qur’an kurang dari tiga hari. Hikmah di balik larangan
tersebut, Rasulullah saw. katakan dalam hadits lain sebagai berikut:
Dari Abdullah bin Amru, beliau mengatakan bahwa Rasulullah saw.
bersabda, “Tidak akan dapat memahami/menghayati Al-Qur’an, orang yang
membacanya kurang dari tiga hari.” (HR. Abu Daud)
c. Rasulullah saw. tidak pernah mengkhatamkan Al-Qur’an dalam satu malam
Dari Aisyah ra, beliau mengatakan, “Aku tidak pernah tahu
Rasulullah saw. mengkhatamkan Al-Qur’an secara keseluruhan pada malam
hingga fajar.” (HR. Ibnu Majah)
Sunnah dalam teknis mengkhatamkan Al-Qur’an
Adalah Anas bin Malik, beliau memiliki kebiasaan apabila telah
mendekati kekhataman dalam membaca Al-Qur’an, beliau menyisakan beberapa
ayat untuk mengajak keluarganya guna mengkhatamkan bersama.
Dari Tsabit al-Bunnani, beliau mengatakan bahwa Anas bin Malik
jika sudah mendekati dalam mengkhatamkan Al-Qur’an pada malam hari,
beliau menyisakan sedikit dari Al-Qur’an, hingga ketika subuh hari
beliau mengumpulkan keluarganya dan mengkhatamkannya bersama mereka. (HR. Darimi)
Hikmah yang dapat dipetik dari hadits Anas di atas, adalah bahwa
ketika khatam Al-Qur’an merupakan waktu yang mustajab untuk berdoa
kepada Allah. Dengan mengumpulkan seluruh anggota keluarga, akan dapat
memberikan berkah kepada seluruh anggota keluarga. Karena, semuanya
berdoa secara bersamaan kepada Allah mengharapkan rahmat dan berkah
dari-Nya.
Kiat-Kiat Agar Senantiasa Dapat Mengkhatamkan Al-Qur’an
Ada beberapa kiat yang barangkali dapat membantu dalam mengkhatamkan Al-Qur’an, di antaranya adalah:
1. Memiliki ‘azam’ yang kuat untuk dapat mengkhatamkannya
dalam satu bulan. Atau dengan kata lain memiliki azam untuk membacanya
satu juz dalam satu hari.
2. Melatih diri dengan bertahap untuk dapat tilawah satu
juz dalam satu hari. Misalnya untuk sekali membaca (tanpa berhenti)
ditargetkan setengah juz, baik pada waktu pagi ataupun petang hari. Jika
sudah dapat memenuhi target, diupayakan ditingkatkan lagi menjadi satu
juz untuk sekali membaca.
3. Mengkhususkan waktu tertentu untuk membaca Al-Qur’an yang tidak
dapat diganggu gugat, kecuali jika terdapat sebuah urusan yang teramat
sangat penting. Hal ini dapat membantu kita untuk senantiasa komitmen
membacanya setiap hari. Waktu yang terbaik menurut penulis adalah ba’da
subuh.
4. Menikmati bacaan yang sedang dilantunkan oleh lisan kita. Lebih
baik lagi jika kita memiliki lagu tersendiri yang stabil, yang
meringankan lisan kita untuk melantunkannya. Kondisi seperti ini
membantu menghilangkan kejenuhan ketika membacanya.
5. Usahakan untuk senantiasa membersihkan diri (baca: berwudhu’)
terlebih dahulu sebelum kita membaca Al-Qur’an. Karena kondisi
berwudhu’, sedikit banyak akan membantu menenangkan hati yang tentunya
membantu dalam keistiqamahan membaca Al-Qur’an.
6. Membaca-baca kembali mengenai interaksi generasi awal umat
Islam, dalam berinteraksi dengan Al-Qur’an, baik dari segi tilawah,
pemahaman ataupun pengaplikasiannya.
7. Memberikan iqab atau hukuman secara pribadi, jika
tidak dapat memenuhi target membaca Al-Qur’an. Misalnya dengan kewajiban
infaq, menghafal surat tertentu, dan lain sebagainya, yang disesuaikan
dengan kondisi pribadi kita.
8. Diberikan motivasi dalam lingkungan keluarga jika ada salah
seorang anggota keluarganya yang mengkhatamkan al-Qur’an, dengan
bertasyakuran atau dengan memberikan ucapan selamat dan hadiah.
Mengkhatamkan Al-Qur’an merupakan sifat Rasulullah, para sahabat,
salafuna shaleh, dan orang-orang mukmin yang memiliki ketakwaan kepada
Allah. Seyogyanya, kita juga dapat memposisikan Al-Qur’an sebagaimana
mereka memiliki semangat, meskipun kita jauh dari mereka.
“Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridhaan) Kami,
benar-benar akan Kami tunjukkan Kepada mereka jalan-jalan Kami. Dan
sesungguhnya Allah benar-benar beserta orang-orang yang berbuat baik.”
(An-Ankabut: 69).
Add caption |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar