Jumat, 07 Februari 2014

Kisah Mualaf : Craig Abdurrohim Owensby, Islam Jalan Hidupku

Kisah Nyata : Seorang Misionaris, Pendeta Gereja Protestan di Texas City, Warga Negara Amerika Serikat menemukan kasih sayang Allah, Di Jakarta pada Bulan November 2001 Masuk ISLAM.

Biodata :
Nama lengkap: Craig Abdurrohim Owensby
Kelahiran: Chicago, AS, 1961
Pendidikan: University of Wisconsin, Madison, 1980 – 1985 Bachelor of Science
University of Wisconsin, Madison, 1985 – 1986 Master of Business Administration
Princeton Theological Seminary, Princeton, NJ, 1989 – 1991 Master of Theology
Jabatan : President Director, PT Spotc
ast Consulting Alquran Seluler Service (www.alquraseluler.com) 2002, Spotcast Communications, Inc. (www.spotcast.net) 1998, Asatel Communications, Pte. Ltd 1997, IXCell Incorporated 1995, Additech, Inc. 1993, Springs Industries, Inc. 1986.
Ayah : Walter Owensby
Saudara : Brian (kakak), Marc (kakak kembaran), Lauren (adik)
Istri  : Lilis Fitriyah
Anak : Sarah Zata Amani Owensby

MESKI belum lama mengenal Islam secara dekat, bekas pendeta Kristen ortodoks itu sudah berani mengambil sikap dan menentukan pilihan terbaik. Yaitu, menjadikan Islam sebagai jalan hidup. Pilihan itu diyakini tidak keliru, karena merasa menemukan jawaban atas segala pertanyaan yang setiap saat menggoda pikirannya- yang rasional dan logis melalui ayat-ayat suci Alquran yang dipelajarinya.


Itulah pengalaman spiritual yang mengendus kehidupan Craig Abdurrohim Owensby, bekas pendeta Kristen Ortodoks di Amerika, yang kini tinggal di Indonesia (Jakarta).
Putra keluarga berkewarganegaraan Amerika Serikat dan tumbuh dalam dominasi nilai-nilai Kristen fanatik itu, kini mulai aktif melakukan dakwah dan syiar agama Islam ke beberapa kota besar di Indonesia, seperti Jakarta dan Bandung.

Di Semarang, menurut rencana, atas prakarsa Majelis Pengajian Interaktif Qolbun Salim Jawa Tengah, mantan pendeta yang nama aslinya Craig Andrew Owensby itu akan mengisi pengajian rutin gratis untuk bapak-bapak di Ruang Borobudur Hotel Graha Santika, Rabu 21 Mei 2003, mulai pukul 18.30 WIB.


Humas Qolbun Salim Ir Didiek Hardiana Prasetya mengatakan, pada pengajian interaktif tersebut Craig akan menyampaikan pengalaman-pengalamannya sampai dia harus meninggalkan agama (Kristen) yang telah ditekuninya sejak kanak-kanak. Tidak hanya itu, mualaf yang dikenal sebagai penemu dan pengembang Alquran Seluler tersebut juga akan memaparkan logika-logika yang diperolehnya dari ayat-ayat suci Alquran dan hadis Nabi.

“Tema dakwah yang ingin disampaikan, juga menyangkut sikap dan pilihan terbaiknya dalam hidup dan kehidupan, yakni Islam Jalan Hidupku,” kata Didiek yang juga menjadi Humas Panitia Penyelenggara. Dia menambahkan, guna menghidupkan suasana interaksi antara pembicara dan jamaah, Qolbun Salim juga menghadirkan kiai kondang yang juga penyair KH Mustofa Bisri. Pengasuh Pondok Pesantren Raudlatut Talibien, Leteh, Rembang, itu akan mengupas persoalan-persoalan mualaf dari segi religi dan budaya.

Kisah Mualaf : Craig Abdurrohim Owensby, Islam Jalan Hidupku
Add caption
Lalu siapakah sebenarnya Craig Abdurrohim Owensby itu? Dia adalah mualaf yang sekarang dekat dan bergabung dengan sejumlah dai kondang di Tanah Air dalam hal syiar agama Islam. Dengan teknologi temuannya, yakni Alquran Seluler, anak kembar pasangan Wolter Owensby dan Susan Owensby itu bertekad menjadikan Alquran hidup di mana-mana, termasuk di negara asalnya, Amerika Serikat.

Craig lahir di Chicago, tepatnya di Illinois, AS, 1961. Dia punya saudara kembar bernama Marc Owensby, yang saat ini tetap tinggal di negeri Paman Sam.
Bagaimana sampai dia menjadi mualaf, masuk Islam dengan meninggalkan agama Kristen yang sudah bertahun-tahun dianutnya? “Allah SWT telah membimbing saya,” kata pemegang gelar Master of Business Administration (MBA) pada 1991 dari University of Wisconsin, Madison, itu.

Masalah pindah agama, jelas dia, hanya soal waktu saja. Bersama Allah SWT, proses itu berjalan. Craig mengaku sudah akrab dengan istilah-istilah Islam pada tahun-tahun terakhir. Dia menjelaskan, suatu ketika, saat subuh tiba, sekitar pukul 04.30 WIB, tak biasanya dia terbangun. “Sungguh menakjubkan,” katanya.
Pada saat itu, ketika keluar dari kamar, dia melihat salah satu dari anak asuhnya sedang melaksanakan salat subuh dengan khusyuk. Craig tertegun. Sejenak dia memandangi anak asuh itu, dan mengaku amat tersentuh.

“Anak kecil kok bisa disiplin terhadap agamanya? Kenapa dia harus salat? Lalu saya serius mengambil dan mempelajari buku Karen Armstrong berjudul The Life of Muhammad. Buku itu sangat bagus, meski penulisnya bukan seorang muslim,” ujar lulusan Master of Theology pada Princeton Theological Seminary, Princeton, di New Jersey (1991) tersebut.
Sejak saat itulah, Craig bersikeras untuk belajar arti salat dan juga tentang Islam yang lebih luas. 

Akhirnya dia memutuskan pilihan dan jalan hidupnya, masuk Islam. “Saya mau mengucap kalimat syahadat,” ujarnya. Karena tekadnya sudah bulat, dia memutuskan untuk pergi ke sebuah pengajian di daerah Kemang, tempat pengajian khusus para bule.
Oleh Ustad Rickless, dia disuruh banyak membaca hadis dari buku hadis yang sangat besar. Craig agak bingung; kenapa harus ada hadis ? Kenapa saya harus membacanya? Bukankah Alquran pun sudah sempurna ?

“Ustad Rickless bilang, saya harus tetap membacanya. Akhirnya saya baca hingga saya dapat mengerti bahwa hadis itu memang penting. Saya pun sudah sampai ke action sebagai muslim yang benar. Yakni melakukan salat lima waktu. Walaupun saya belum mengucapkan syahadat, saya pernah mengatakan kepada beberapa kolega pada Desember 1998, saya akan masuk Islam. Itu setelah kali sekian saya kembali ke Jakarta,” papar ustad bule yang menikahi gadis Sunda, Lilis Fitriyah (24), pada 4 Agustus 2002 itu.

Menyabet gelar MBA dan bekerja di sejumlah perusahaan prestisius di negerinya, Amerika Serikat, serta menikmati kesenangan duniawi, tak membuat Craig Abdurrohim Owensby bahagia. Bathinnya hampa. Dia butuh pencerahan rohani sebagai pengimbang.
Setelah bertahun-tahun merintis karir, Craig memutuskan belajar Injil, teologi, dan keislaman di Princeton Theological Seminary, Princeton, NJ. Beberapa tahun kemudian ia menjadi pendeta mengikuti jejak sang ayah yang pendeta Katolik di sebuah gereja di New York dengan 6.000 pengikut.
Meski sukses sebagai pendeta, kebahagian dan ketenangan yang ia dambakan belum juga berpaling kepadanya. Craig justru kian resah dengan konsep ketuhanan Yesus yang ia pelajari. Pengetahuan yang ia miliki membuatnya tak percaya bahwa Isa adalah Tuhan. “Injil menjelaskan bahwa Isa adalah tuan, bukan Tuhan,” katanya.

Di tengah risau di hati, pada suatu hari secara tak sengaja perhatiannya tertuju pada seorang kawannya bernama Nashir, yang tergabung dalam kelompok sepakbola Pakistan.

Baginya, Nashir berbeda dengan anggota tim lainnya yang dinilai lebih pintar, disiplin, dan baik. Nashir, oleh Craig, bahkan dianggap mencerminkan Muslim yang sebenarnya. Hal ini membuatnya tertarik dengan konsep Islam.
 
Lama merenung, Craig pun memutuskan untuk mempelajari Islam secara lebih intensif dan berhenti dari kegiatannya sebagai pendeta. Kesibukannya kemudian diisi dengan kembali menerjuni bidang bisnis, serta mendalami Islam secara otodidak.

Hidayah Allah akhirnya datang tatkala dia ditugaskan bekerja di Indonesia sekitar tahun 1997. Craig lantas menetap di kawasan Muarabaru, Jakarta Utara. Di lingkungan tempat tinggalnya yang baru, dia menemui banyak hal yang sangat menyentuh batin.

Craig tertarik dengan kehidupan anak-anak Muslim di wilayah ini. Menurutnya, walau miskin, mereka hidup dengan penuh kesederhanaan dan tetap mampu tampil bersih serta bahagia. Sejenak dia teringat pada masa kecilnya ketika masih tinggal bersama orang tuanya di Meksiko dan Kolumbia.

Ia menyaksikan betapa anak-anak Katolik di sana hidup penuh kekerasan, miskin, dan kotor. Tak ada cerminan ketenangan dan kedamaian hidup. Craig merasakan kedua hal itu memberinya inspirasi untuk mengetahui dan mempelajari agama Islam.

Proses pencarian kebenaran Islam terus dilakukan. Sampai satu hari di bulan Mei 2001 ia mengikrarkan diri menjadi Muslim di Pengajian Rahmania, Kuningan, dengan bimbingan Ustadz Rikza Abdullah. “Saya ingin menjadi orang yang tahu kebenaran. Saya bersedia menjadi Muslim karena ingin kebenaran. Bisa saja kebenaran itu menyusahkan, tapi saya percaya dengan kebenaran itu,” ujar bule kelahiran Chicago ini.

Sejak itu, Craig yakin dengan ajaran Alquran bahwa manusia dilahirkan suci dan menjadi khalifah di dunia. “Saya sekarang telah menjadi khalifah bagi Allah. Awalnya saya Islam hanya dengan membaca, berpikir, dan berbicara, tapi belum mempraktekkan. Sekarang saya memutuskan untuk menjalankan Islam secara serius.”

Meski mengaku serius memilih Islam sebagai keyakinannya, muallaf ini merasa masih harus ‘berjuang’ menjadi Muslim yang sebenarnya. Pasalnya, ia tak biasa bangun pagi. Kini ia harus melaksanakan shalat Subuh ketika biasanya di waktu sama masih tertidur pulas.
Namun, ia merasa bersyukur mampu menaklukkan ego dirinya. Baginya, dapat menjalankan shalat Subuh dengan baik merupakan tolok ukur kemampuannya melaksanakan shalat wajib yang lain. “Pertama kali shalat Subuh saya sangat puas dan senang. Setelah itu melaksanakan shalat-shalat yang lain menjadi enteng.”

Tak hanya sampai di situ. Rupanya Craig belum merasa menjadi Muslim kaffah sebelum dapat mendakwahkan Islam. Menurutnya ada dua fase yang ia jalani, yaitu menjadi Muslim dan berdakwah. Kini ia sedang melakukan fase kedua itu sambil berbisnis.
“Bisnis saya Alquran Seluler, tapi ini bukanlah pure bisnis karena investasinya cukup besar dan keuntungan finansialnya kecil sekali,” jelas Craig. Baginya hal itu tak masalah karena konsep awalnya adalah berdakwah. Ia pun tidak memperkenalkan bisnisnya itu kepada masyarakat secara jor-joran, tapi perlahan-lahan dari mulut ke mulut.

Adalah hal baru bila Craig berdakwah dengan konsep Alquran Seluler-nya. Konsep itu memberikan layanan belajar dan memahami Alquran dan Hadis Nabi melalui sistem short massage system (SMS). Respons masyarakat Muslim Indonesia sangat bagus. Terbukti konsep yang dimulainya sejak Juli 2000 ini, kini telah memiliki jamaah Alquran Seluler hingga 70 ribu orang di seluruh Indonesia.

Alquran Seluler memberikan cara mengatur gaya hidup Muslim on-the-go yang pusatnya adalah kajian harian (6 menit per hari, berupa 1 menit terjemahan Alquran, 3 menit pesan penceramah, dan “bonus” 2 menit murotal ayat suci dalam bahasa Arab). Craig mengajak umat Muslim mengkaji Alquran bersama para penceramah terkemuka Indonesia.
Dimulai di hari pertama dengan Surah Al Fatihah dan akan khatam setelah kira-kira tiga tahun, pada Surah An Naas. ”Komitmen saya menjadikan orang Muslim yang sesibuk apa pun bisa mempelajari Alquran,” ujar Craig yang cukup lancar berbahasa Indonesia.

Ini merupakan proyek pertama di dunia yang ingin menjadikan Muslim Indonesia sebagai contoh yang baik bagi Muslim seluruh dunia. Dalam program Alquran Seluler ditampilkan empat dai kondang Indonesia, antara lain KH Abdullah Gymnastiar, Arifin Ilham, Didin Hafidhuddin, dan Ihsan Tanjung.

Kini, keinginan kaum Muslim pengguna telepon maupun handphone yang ingin belajar Alquran maupun mendengarkan ceramah agama dapat terpenuhi. Terutama yang tinggal di Jakarta, Bandung, Bogor, Surabaya, Yogyakarta, Semarang, Banjarmasin, Balikpapan, Medan, dan Makassar. Mereka yang berminat dapat mendaftar melalui SMS ke 081 193 4209 atau telepon 021-7883 1001.

Craig pun yakin sarana dakwahnya ini bakal bermanfaat karena tak membeda-bedakan seseorang. “Sebagai gerakan Qurani, program dakwah ini saya jadikan sarana berkompetisi dengan evangelis. Kita harus mempunyai umat yang kuat iman dan lebih baik dari umat non-Muslim.”

Bukanlah sebuah mimpi bila Craig berangan-angan menerapkan program Alquran Seluler ke negara lain. “Insya Allah teknologi Alquran Seluler akan kami terapkan juga ke seluruh dunia, antara lain ke Brunei, Malaysia, Bahrain, Jordan, dan Mesir.” Dia juga berharap suatu saat nanti pembelajaran agama Islam melalui telepon seluler bisa dikembangkan di negara kelahirannya, Amerika Serikat.

Artikel lainnya :
LS Mokoginta, Islam Adalah Pengamalan Perintah Yesus


INFORMASI HARGA DAN PEMESANAN MOBIL NISSAN
Add caption

Tidak ada komentar:

Posting Komentar