Sabtu, 08 Februari 2014

Tausiyah Ustad M. Arifin Ilham - ENERGI SURAT AL FATIHAH

INFO PROMO DAFTAR HARGA MOBIL BARU DEALER NISSAN DEPOK - TAUSIYAH ENERGI SURAT AL FATIHAH
Add caption
Energi Alfatihah Apa yang akan Anda lakukan jika dalam 24 jam harus mengosongkan rumah yang Anda tempati karena akan disita? 

Padahal, saat itu, Anda belum memiliki rumah gantinya, atau sekadar ”nebeng” untuk seminggu sampai dua minggu, sedangkan Anda memiliki keluarga, satu istri dengan tiga anak? Mau nebeng sama tetangga malu. Mau pindah ke rumah orangtua perlu waktu lama karena nun jauh di kampung. Tambah pula, tidak ada uang sepeserpun di dompet apalagi di nomor rekening untuk sekadar tinggal di hotel atau pondok melati. 

Jangankan untuk menyewa kamar hotel, untuk makan sehari-hari saja sudah pusing tujuh keliling. Bingung, khawatir, sedih, gelap, dan tak bisa berpikir jernih biasanya akan berkecamuk di benak. Itulah yang dialami Pak Ghonim. Belum dua minggu harus angkat koper dari tempat kerja karena PHK, perintah mendadak dari si empunya kontrakan untuk segera pergi dari rumah kontrakan, telah membuatnya kalang kabut. 

Dunia seakan gelap gulita. Proses diplomasi yang diajukannya menemui jalan buntu, karena Pak Siregar, si empunya rumah, harus segera menyerahkan rumah tersebut kepada pihak bank sebagai konsekuensi dari ketidakmampuannya membayar utang. Proses penyitaan rumah akan dilakukan esok harinya sekitar jam 09.00 pagi. Ia pun tak bisa menuntut lebih kepada Pak Siregar yang juga tengah kesusahan, terlebih ia pun belum membayar tunggakan sewa rumah. Malah, ia harus berterima kasih karena Pak Siregar telah memberi tengat waktu kepadanya untuk menangguhkan pembayaran utang. 

Dengan sangat sedih, Pak Ghonim dan istrinya dengan dibantu dua anaknya yang masih kecil, yang terbesar duduk di kelas tiga SD, yang kedua kelas 1 SD, dan yang ketiga masih balita, segera membereskan rumah dan mengepak barang-barang yang bisa dibawa. Rencananya, jika sampai besok belum ditemukan jalan keluar, untuk beberapa hari barang-barang tersebut akan dititipkan pada tetangga, sebelum diangkut ke rumah orangtua istrinya di luar kota. Ia sendiri akan menginap di masjid dekat rumah, kebetulan ia sering ke masjid dan sudah kenal baik dengan ketua DKM-nya. 

Saat hari sudah semakin malam, rasa gelisahnya makin memuncak, sang istri malam sudah menangis. Dalam kondisi itu, Pak Ghonim mengajak istrinya shalat berjamaah Isya di tengah rumah. Sengaja ia tidak ke masjid, selain karena hujan, ia pun ingin menemani istri dan tiga anaknya yang tengah kebingungan. Shalat kali itu terasa begitu khusyuk. Pak Ghonim berdo'a dan diaminkan oleh istri dan anak-anaknya

Malam pun berlalu, terasa begitu lama bagi keluarga Pak Ghonim. Selama itu pula tidak ada tanda-tanda akan datangnya solusi bagi mereka. Pasangan suami istri itu baru bisa tertidur lewat tengah malam. Saat terbangun pada subuh hari, sekitar jam 04.00, dilihatnya si sulung, Rafi, sedang shalat. Tak pernah keduanya melihat Rafi shalat Tahajud. Biasanya ia bangun sekitar pukul 05.00 bareng adiknya, Indra. Didengarnya si sulung tengah mengulang-ulang Al Fatihah , mungkin ratusan kali lebih sambil menengadahkan tangan. Ia tidak membaca doa apa pun selain Al Fatihah itu. 

Selesai shalat, Rafi berkata pada ibunya, ”Mah, Rafi pernah dengar dari Pak Ustaz kalo Allah itu seneng denger Fatihah. Rafi baru inget pas tadi malam. Ya udah, Rafi minta sama Allah dengan Al Fatihah itu supaya kita tidak jadi pergi dari sini”. Ibunya hanya mengiyakan dengan mata berkaca-kaca. ”Iya, semoga aja Nak”. Selepas shalat Subuh, ponsel jadul milik Pak Ghonim berdering. Ternyata, Pak Mughni, salah seorang mantan bosnya di kantor menelepon. Mereka berbincang agak lama. Namun tampak perubahan air muka Pak Ghonim yang tadinya kuyu menjadi cerah kembali. 

Setelah mengangkat telepon, Pak Ghonim segera menghampiri istri dan anak-anaknya. Ia pun merangkul Rafi dengan mata berkaca-kaca, ”Do'amu dikabulkan Nak. Alhamdulillah. Hari ini kita jadi pindah dari sini … tapi pindahnya ke rumah yang lebih bagus dari rumah ini”. Ternyata, mantan bosnya itu menawarkan pekerjaan baru, yaitu mengurus salah satu villa miliknya yang baru direnovasi. Villa itu terbilang mewah, luas, dan letaknya sangat strategis. Ketika Pak Ghonim mengungkapkan kondisi yang tengah dialaminya, mantan bosnya itu langsung menyuruhnya untuk segera pindah ke sana. ”Nanti jam setengah sembilanan, pegawai saya jemput keluargamu ya Niim,” ujar Pak Ghonim menirukan orang yang akan menolongnya itu.

Baca juga artikel tentang :
- Membuka Kunci Limpahan Rejeki Dengan Shalat Dhuha
- Tanda - tanda hati yang mati
- Menyambut datangnya bulan Ramadhan


INFO PROMO DAFTAR HARGA MOBIL BARU DEALER NISSAN DEPOK - TAUSIYAH ENERGI SURAT AL FATIHAH
Add caption

Tidak ada komentar:

Posting Komentar